Senin, 20 Januari 2020 08:24

"Neraka di Bumi," Bekas Tahanan Ungkap Kengerian di Dalam Penjara di Iran

Suriawati
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Foto: PMOI
Foto: PMOI

Seorang tahanan Iran yang melarikan diri dari rezim brutal telah mengungkapkan kehidupan mengerikan di dalam tahanan yang dijuluki "Neraka di Bumi".

RAKYATKU.COM - Seorang tahanan Iran yang melarikan diri dari rezim brutal telah mengungkapkan kehidupan mengerikan di dalam tahanan yang dijuluki "Neraka di Bumi".

Reza Amiri mengatakan pada Daily Star bahwa ia menghabiskan enam bulan dipenjara di Penjara Evin di Teheran.

Reza adalah seorang aktivis untuk Organisasi Mujahidin Rakyat Iran (PMOI), sebuah kelompok pembangkan.

Pria berusia 32 tahun ini ditangkap karena terlibat dalam pemberontakan di Iran sepanjang awal 2018.

Polisi Iran menangkapnya bersama sekelompok teman ketika mereka berusaha untuk menggantung spanduk pro-PMOI di jalan raya di Teheran.

Dia dijatuhi hukuman 20 tahun penjara, dan berakhir di Evin. Di sana, dia ditempatkan di sel batu berukuran 2 meter persegi.

Selama ditahan, penjaga penjara secara brutal menyiksanya, untuk memaksanya menyerahkan nama-nama anggota jaringan aktivis lainnya.

Penyiksaan itu dilakukan dalam berbagai metode, termasuk insomnia paksa atau pengurangan makanan, ancaman dan penghinaan.

Dan selama waktu itu, dia terus mendengar "jeritan" dari orang lain di dalam penjara.

"Satu siksaan psikologis menyakitkan yang saya hadapi adalah mendengar jeritan konstan tahanan lain yang telah kehilangan keseimbangan mental mereka."

Ajaibnya dia berhasil melarikan diri ke gunung.

“Secara ajaib, saya bisa melarikan diri dari negara itu. Keluar dalam kondisi seperti itu adalah risiko yang sangat besar, dan saya berada di pegunungan selama beberapa hari dan bisa saja kehilangan nyawa saya."

“Kemudian rezim menyita properti saya, menginterogasi dan menekan keluarga saya. Tetapi upayanya untuk membawaku kembali gagal.”

Reza sekarang tinggal di Eropa. Dia menjelaskan bahwa dia tidak lagi takut pada rezim karena dia berkomitmen untuk terus menentang.

“Kejahatan rezim tidak terbatas, tetapi saya tahu mereka tidak memberikan kebebasan secara gratis."

“Karena saya memilih jalan ini dengan kesadaran penuh, saya tidak takut dengan keselamatan saya sendiri dan keluarga dan kerabat saya.”

Penjara Evin dikenal sebagai fasilitas yang biasanya menampung tahanan politik. Ini memiliki kapasitas 15.000 tahanan.

Laporan-laporan sebelumnya menyebut penjara itu sebagai "Neraka di Bumi" dan dijadikan tempat eksekusi massal.

Ini juga dikenal sebagai "Universitas Evin" karena jumlah intelektual yang dilemparkan ke sana oleh rezim.