RAKYATKU.COM, THAILAND - Minggu, 12 Januari 2020. Sekitar pukul 15.45. Seorang wanita menghentikan sepeda motornya. Tepat di depan gerbang sebuah panti asuhan. Di Lop Buri, Thailand.
Dia merapatkan kaca helmnya. Lalu menurunkan seorang gadis balita dari belakang sadelnya. Balita itu memakai jaket pink, baju merah. Juga celana jins. Ada kantongan putih dia tenteng. Pun sebuah boneka.
Wanita itu memberi isyarat. Gadis itu pun mendekat ke pintu. Dia menekan bel. Tak lama kemudian pintu terbuka. Wanita berhelm itu menggenjot sepeda motornya. Berlalu pergi.
Balita yang kira-kira berusia dua tahun itu, juga membawa sebuah surat. Dia sodorkan ke petugas panti yang membuka pintu.
Petugas itu membuka surat. Ditulis ibu balita itu. Isinya, dia ingin menyerahkan putrinya ke panti asuhan secara permanen. Pasalnya, dia tidak bisa merawat anak itu. Dia tak bisa memberi anak itu masa depan yang baik.
Sang ibu mengatakan dalam suratnya, karena dia miskin, dia sekarang memiliki keluarga baru dan dan tempat tinggal baru. Tetapi suami barunya menolak untuk mengadopsi putrinya sebagai miliknya.
“Saya minta maaf untuk melakukan ini. Tetapi saya pikir ini adalah solusi terbaik. Saya mencintai putri saya, tetapi saya memiliki kebutuhan,” tulis sang ibu.
"Tolong rawat putri saya. Sekarang saya punya keluarga baru. Dan dia tak menyukai putri saya," tutupnya.
Demikian diungkap Letnan Polisi Kolonel Thawatchai Nanthaphan Investigasi Officer di Lop Buri, Thailand.
Gadis itu kata Kolonel Thawatchai Nanthaphan, membawa tas plastik yang berisi pakaian bayi, mainan lunak dan barang-barang lainnya.
Ada memar dan bekas luka di tubuhnya. Diduga itu bekas penganiayaan.