RAKYATKU.COM - Otoritas imigrasi Amerika Serikat telah menahan dan menginterogasi belasan orang keturunan Iran. Sejumlah organisasi dan aktivis mengklaim aksi yang dilakukan Patroli Kepabeanan dan Perbatasan dianggap sebagai kesalahan.
Aktivis dan Washington, DC bab Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR-WA) mengatakan, otoritas imigrasi menginterogasi 60 warga Iran dan Iran-Amerika selama akhir pekan di Peace Arch Border Crossing di Blaine, Washington, DC. Kelompok pengawas mengatakan beberapa orang ditahan dan diinterogasi setidaknya selama 11 jam, dikutip dari Aljazeera, Senin (6/1/2020).
Juru bicara Kepabeanan dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) menyatakan bahwa orang Amerika-Iran ditahan dan ditolak masuk karena asal etnis mereka.
Juru bicara itu merujuk pada tuduhan yang dibuat oleh CAIR, yang mengutip sumber tanpa nama di CBP, bahwa Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) mengeluarkan perintah nasional bagi CBP untuk melaporkan dan menahan orang-orang asal Iran memasuki negara mereka.
CAIR mengatakan seorang wanita, diidentifikasi sebagai mahasiswa kedokteran Amerika berusia 24 tahun bernama Crystal, ditahan selama 10 jam bersama keluarganya sebelum dibebaskan.
Keluarga Crystal melaporkan hal itu ke komunitas Hoda Katebi, yang kemudian membawa masalah tersebut ke CAIR-WA.
Katebi mengatakan pada saat dia dihubungi oleh keluarga Crystal, mereka berada di fasilitas itu selama lima jam. "Orang lain sudah ada di sana selama delapan hingga sembilan jam," katanya.
Menurut CBP, waktu tunggu di fasilitas Blaine rata-rata dua jam pada Sabtu malam, tetapi beberapa pelancong harus menunggu hingga empat jam. Karena meningkatnya jumlah orang yang mencoba melalui pelabuhan masuk dan kurangnya staf selama liburan musim.
[NEXT]Mengutip individu yang ia ajak bicara dan bantu, Katebi mengatakan pertanyaan yang diajukan orang-orang Iran tidak ada hubungannya dengan imigrasi.
"Mereka ditanya [tentang] organisasi tertentu, dan faksi-faksi politik di Iran dan afiliasinya dengan mereka atau pandangan mereka tentang mereka atau kelompok yang bahkan tidak pernah mereka dengar," kata Katebi kepada orang-orang yang dia bantu. Dia juga mengatakan mereka ditanya tentang jurusan kuliah mereka. Katebi mengatakan dia khawatir pertanyaan seperti itu ditujukan untuk "menemukan alasan untuk menemukan orang Iran yang mencurigakan".
Robert McCaw, direktur urusan pemerintah CAIR, mengatakan: "Ini adalah jenis skenario yang dipantau CAIR setelah keterikatan luar negeri AS dengan negara-negara Muslim".
Ketegangan dengan Iran dan Amerika Serikat meningkat secara dramatis minggu lalu setelah Presiden Donald Trump memerintahkan pembunuhan Qassem Soleimani, seorang komandan militer Iran, di Irak. Iran telah berjanji akan melakukan pembalasan hebat.