RAKYATKU.COM - Rokok masih digemari oleh banyak orang. Bahkan, di Indonesia, lebih dari separuh dari total pria dewasa merokok
Beruntung, sebuah penelitian yang dilakukan oleh WHO mengungkap fakta menggembirakan, yakni jumlah perokok pria di seluruh dunia menurun. Hal ini adalah yang pertama kalinya terjadi dalam sejarah.
Sebelumnya, WHO menyebut kebiasaan merokok sebagai penyebab utama dari kematian dini akibat penyakit di seluruh dunia. Penurunan jumlah perokok ini menjadi kabar baik bagi dunia kesehatan dan kampanye anti rokok yang memang cenderung semakin gencar dilakukan di berbagai belahan dunia.
“Penurunan jumlah angka perokok pria ini menandakan bahwa ada titik cerah dalam perang melawan produk tembakau. Hal ini sepertinya juga dipengaruhi oleh kebijakan positif di bidang kesehatan yang diberlakukan di banyak negara,” ucap Direktur Umum WHO, Tedros Ghebreyesus.
Dala 20 tahun terakhir, pengguna produk tembakau memang cenderung menurun meskipun penurunan ini cenderung perlahan. Pada tahun 2000 silam, jumlah perokok di seluruh dunia mencapai 1,4 miliar orang. Sementara itu, pada 2018 lalu, jumlah ini berkurang menjadi 1,3 miliar orang. Sekitar 80 persen perokok berasal dari kaum pria.
Khusus untuk perokok dari kaum wanita, anak-anak, dan remaja, jumlahnya juga semakin menurun dari 346 juta pada tahun 2000 silam menjadi 244 juta saja pada 2018 lalu. Hanya saja, data ini hanya mencakup pengguna rokok, cerutu, rokok kretek dan produk tembakau yang dipanaskan lainnya dan tidak mencakup rokok elektronik yang belakangan popularitasnya semakin meningkat.
Meskipun begitu, WHO tetap menyambut baik penurunan jumlah perokok ini.
“Semakin sedikit pria yang merokok, diharapkan akan membuat kasus penyakit kronis akibat merokok bisa diturunkan,” ucap Direktur Departemen Promosi Kesehatan WHO, Rudiger Krech, dilansir Doktersehat.
Data dari WHO juga mengungkap fakta positif tentang penurunan jumlah perokok ini, yakni terjadi di 60 negara sejak 2010 silam. Hal ini terkait erat dengan kebijakan pro kesehatan yang dikeluarkan negara-negara tersebut seperti larangan untuk merokok di tempat umum atau larangan pemasaran beberapa jenis produk tembakau.
Bagaimana dengan di Indonesia? Jumlah perokok di Indonesia memang masih sangat tinggi, namun pemerintah sudah melakukan banyak langkah demi menekan jumlah perokoknya.
Sebagai contoh, kini semakin banyak pemerintah daerah yang melarang rokok di sejumlah tempat umum atau menetapkan kawasan bebas rokok.
Pemerintah pusat juga sudah menetapkan kenaikan cukai tembakau serta harga rokok terendah pada 2020 silam. Diharapkan, hal ini akan membuat masyarakat berpikir ulang hanya demi membeli rokok.