RAKYATKU.COM, TEHERAN - Jenderal Qassem Soleimani tewas pada Jumat pagi, bersama enam orang lainnya dalam serangan udara AS di bandara internasional Baghdad.
Pentagon mengatakan bahwa serangan itu diperintahkan oleh Presiden AS, untuk mencegah serangan Iran, dan melindungi warga Amerika.
Siapakah Qassem Soleimani?
Jenderal Qassem Soleimani adalah kepala Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran. Dia memperoleh status selebritas di dalam dan luar negeri sebagai pemimpin pasukan asing Garda Revolusi, serta perannya dalam pertempuran di Suriah dan Irak.
Dia juga berperan penting dalam penyebaran pengaruh Iran di Timur Tengah.
Dia telah selamat dari beberapa upaya pembunuhan terhadapnya oleh agen-agen Barat, Israel dan Arab selama 20 tahun terakhir.
Pendakian ke kekuasaan
Soleimani menjadi kepala IRGC pada tahun 1998 dan tidak menonjolkan diri selama bertahun-tahun. Sementara itu, ia memperkuat hubungan Iran dengan Hizbullah di Libanon, serta kelompok milisi Assad dan Syiah di Irak.
Dalam beberapa tahun terakhir, ia melangkah ke pusat perhatian, dengan muncul bersama Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan para pemimpin Syiah lainnya.
Soleimani berasal dari latar belakang yang sederhana. Ia lahir dari keluarga miskin di Provinsi Kerman, Iran tenggara.
Dia mulai bekerja ketika berusia 13 tahun untuk membantu menghidupi keluarganya. Dia menghabiskan waktu luangnya untuk menghadiri khotbah Khamenei.
Sebagai seorang pemuda selama revolusi Iran pada tahun 1979, Soleimani memulai pendakiannya melalui militer Iran. Dia kabarnya hanya menerima pelatihan taktis enam minggu, sebelum terjun langsung ke pertempuran untuk pertama kalinya di provinsi Azerbaijan, Iran.
Hingga akhirnya, Soleimani muncul dari perang Iran-Irak sebagai pahlawan nasional.
Menyusul pembentukan kembali pemerintah di Irak pada 2005, pengaruh Soleimani meluas ke politik Irak di bawah kepemimpinan mantan Perdana Menteri Ibrahim al-Jaafari dan Nouri al-Maliki.
Menyusul pecahnya perang saudara di Suriah pada tahun 2011, Soleimani memerintahkan beberapa milisi Iraknya ke Suriah untuk mempertahankan pemerintahan Assad.
"Jika bukan karena orang-orang seperti dia, wilayah ini akan melihat bendera hitam berkeliaran di seluruh wilayah," kata Mohammad Marandi, kepala Studi Amerika di Universitas Teheran.