Rabu, 01 Januari 2020 06:30

Pemerintah Tiongkok Penjarakan Ilmuwan 'Pencipta Bayi'

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
He Jiankui  (kanan). Foto: VISUAL CHINA GROUP VIA GETTY IMAGES.
He Jiankui (kanan). Foto: VISUAL CHINA GROUP VIA GETTY IMAGES.

Seorang ilmuwan di Tiongkok yang mengatakan dirinya menciptakan bayi hasil rekayasa genetika pertama di dunia divonis penjara tiga tahun.

RAKYATKU.COM - Seorang ilmuwan di Tiongkok yang mengatakan dirinya menciptakan bayi hasil rekayasa genetika pertama di dunia divonis penjara tiga tahun.

He Jiankui dinyatakan bersalah karena telah melanggar larangan pemerintah dengan melakukan eksperimen terhadap embrio manusia dengan dalih memberikan perlindungan terhadap virus HIV.

Jiankui dikecam dunia ketika dia mengumumkan eksperimennya dan kelahiran sepasang bayi kembar hasil eksperimen tersebut November lalu.

Kantor berita Xinhua melaporkan bahwa bayi ketiga juga dilahirkan pada saat bersamaan.

Pemerintah Provinsi Guangdong mengatakan pihaknya terus mengobservasi secara medis kondisi bayi-bayi itu.

Selain hukuman kurungan, Jiankui juga didenda tiga juta yuan (Rp5,9 miliar).

Di samping Jiankui, pengadilan juga menjatuhkan hukuman kepada dua orang lainnya, yakni Zhang Renli dan Qin Jinzhou, yang dianggap berkomplot dengan Jiankui untuk melakukan eksperimen itu.

Majelis Hakim di Shenzhen mengatakan bahwa para pelaku beraksi "demi ketenaran dan keuntungan pribadi". Mereka juga dianggap telah benar-benar "mengacaukan tata tertib dunia medis", seperti dilaporkan kantor berita Xinhua.

"Mereka telah melampaui batas bawah etika dalam dunia penelitian ilmiah dan etika kedokteran," ungkap majelis.

Apa yang terjadi tahun lalu?
Dia mengumumkan kelahiran sepasang bayi kembar hasil rekayasa genetika bernama Lula dan Nana dalam sebuah video yang direkam oleh Associated Press, pada bulan November 2018.

Dalam menggambarkan eksperimennya, dia mengatakan: "Saya memahami bahwa eksperimen saya akan kontroversial - tetapi saya yakin banyak keluarga yang membutuhkan teknologi ini dan saya siap menerima kecaman bagi mereka."

Setelah video itu dipublikasikan, gelombang kecaman dari komunitas sains, baik di Tiongkoko maupun seluruh dunia, langsung kuat menghantam.

Pemerintah Tiongkok memerintahkan penyelidikan kepolisian terhadap Jiankui dan memerintahkan agar penelitiannya dihentikan.

Dia juga dipecat dari universitas tempatnya mengajar di mana ia menduduki posisi sebagai profesor rekanan di Southern University of Science and Technology di Shenzhen.

Akademi Sains Tiongkok merilis pernyataan terkait Jiankui dan mengatakan bahwa pihaknya "dengan tegas menentang" rekayasa genetika terhadap manusia.

"Dalam kondisi saat ini, rekayasa genetika pada embrio manusia masih melibatkan berbagai masalah teknis yang belum terselesaikan, dan dapat menyebabkan risiko-risiko tidak terduga, serta melanggar konsensus komunitas ilmiah internasional," pernyataan itu menambahkan.

Bagaimana eksperimen itu dilakukan?
Jiankui menarget sebuah gen yang dinamakan CCR5.

Ia berisi serangkaian instruksi genetik yang penting bagi fungsi sistem imun - akan tetapi juga menjadi 'pintu' bagi HIV (human immunofediciency virus) untuk masuk dan menginfeksi sel.

Mutasi terhadap CCR5 pada dasarnya 'mengunci' pintu tersebut dan memberikan daya tahan terhadap HIV.

Menurut harian South China Morning Post, Jiankui merekrut tujuh pasangan heteroseksual yang ingin memiliki anak untuk ikut serta dalam penelitiannya. Semua pria dari kelompok tersebut mengidap HIV, sementara para perempuannya tidak.

Sang profesor lantas membuat embrio di sebuah klinik IVF, dan menggunakan teknologi rekayasa genetika yang dikenal dengan sebutan CRISPR-Cas9 untuk mengubah gen CCR5.

Ia lalu memalsukan beberapa dokumen supaya lulus ulasan etika wajib dan mengarang informasi agar para dokter dapat menanamkan embrio yang gennya sudah direkayasa ke dalam rahim dua perempuan tanpa tahu fakta yang sesungguhnya.

Apa akibatnya?
Konsekuensi penuh atas bayi hasil rekayasa genetika masih belum jelas, akan tetapi dampaknya dapat bersifat permanen.

Jika bayi-bayi itu tumbuh dewasa dan kelak memiliki keturunan, mofidikasi genetik apa pun yang mereka miliki dapat menurun ke generasi-generasi berikutnya. Hal itu kemungkinan dapat memulai terjadinya perubahan jangka panjang terhadap ras manusia.

Hal ini bahkan menjadi jauh lebih rumit dalam kasus eksperimen yang dilakukan Jiankui.

Awal bulan ini, ketika penelitian Jiankui yang sesungguhnya diterbitkan untuk pertama kalinya, para ilmuwan mengatakan bahwa hasil eksperimen itu tidak seperti apa yang dikatakan Jiankui.

Meskipun ia berhasil menarget gen yang benar, kata mereka, ia tidak benar-benar menciptakan mutasi yang tepat, yang berkaitan dengan daya tahan terhadap HIV.

Jiankui justru menciptakan rekayasa genetika yang belum pernah diketahui sebelumnya, dengan dampak yang hingga sekarang belum diketahui akan seperti apa.

Profesor Robin Lovell-Badge dari Institut Francis Crick di Inggris, mengatakan kepada BBC News bahwa mereka "tidak tahu" dampak rekayasa genetika seperti yang dilakukan Jiankui.

"Belum pernah ada penelitian apa pun terkait mutasi-mutasi seperti ini karena mereka tidak pernah ada sebelumnya," ujarnya.

"Dia sungguh ceroboh. Dia pikir dia tahu lebih baik, tetapi teknik yang ada belum memungkinkan untuk melakukan [rekayasa genetika] secara aman dan efisien."

Dampak jangka panjangnya masih harus menunggu waktu - akan tetapi, Profesor Lovell-Badge menambahkan, kekhawatiran utamanya yaitu "apakah ketiga bayi yang sudah lahir ini akan tumbuh sehat dan dirawat dengan baik".

Sumber: BBC Indonesia