RAKYATKU.COM, INGGRIS - Muslim Inggris telah memulai proses untuk meninggalkan Inggris karena khawatir akan keselamatan mereka setelah Boris Johnson menang dalam pemilu. Kemenangan itu akan membuat Johnson menjabat sebagai Perdana Menteri selama lima tahun.
Di antara mereka adalah Manzoor Ali, kepala badan amal Muslim, yang menyediakan paket makanan untuk orang-orang miskin di Manchester.
Seperti dikutip Metro Uk, Manzoor Ali mengatakan ia mengkhawatirkan masa depan anak-anaknya.
"Saya takut akan keselamatan pribadi saya, saya khawatir tentang masa depan anak-anak saya," katanya.
Ketakutannya bukan tanpa alasan. Johnson telah dituduh sebagai pendukung 'Islamofobia dan rasisme' berdasarkan sejumlah komentar kontroversial yang ia buat di masa lalu.
Misalnya, ia telah membandingkan wanita Muslim dengan 'kotak surat dan perampok bank' dalam kolom media Inggris, Telegraph tahun lalu.
Dan setelah Johnson menang telak dalam pemilihan pada 12 Desember, Manzoor Ali, yang menjalankan amal Barakah Food Aid di Greater Manchester, mengatakan bahwa keluarganya telah memberinya persetujuan untuk pindah ke tempat yang aman dan terlindungi.
Namun dia menambahkan bahwa Inggris adalah rumahnya dan dia tidak tahu harus pergi ke mana lagi. Tapi keluarganya sepakat bahwa mereka harus pindah.
Ayah tiga anak itu mengatakan bahwa dia mungkin akan pindah ke Selandia Baru, mengingat cara Perdana Menteri Jacinda Ardern menangani penembakan di masjid Christchurch.
Selain Ali, seorang Muslim lainnya yang bekerja sebagai konsultan IT dari London Utara juga mengatakan bahwa dia 'sangat takut' tinggal di Inggris.
Apalagi, wanita berusia 38 tahun ini telah diserang sebelumnya. Jilbabnya dilepas an orang-orang memanggilnya 'teroris' di publik dalam beberapa tahun.
Dia khawatir kemenangan Johnson akan membuat orang-orang 'rasis dan islamofobia' menjadi makin berulah.
"Saya sudah mulai aktif mencari pekerjaan di tempat lain, mungkin Turki, mungkin Pakistan," kata wanita itu, yang bernama Eidan.
“Saya sangat takut. Keponakan perempuan saya seorang dokter, dia mulai berkata: Saya tidak tahu apakah ini negara yang tepat untuk kita”.
Dia juga mengatakan telah berbicara dengan keponakannya di Kanada untuk mencari tahu apakah di sana kondisinya lebih baik bagi umat Islam.