Sabtu, 14 Desember 2019 21:33

Ketum Wahdah Islamiyah Ajak Dai Santun dan Lemah Lembut dalam Berdakwah, Tak Gunakan Otot

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Anggota DPD RI, Tamsil Linrung berbincang dengan Ketum Wahdah Islamiyah, Ustaz Zaitun Rasmin dan pengurus lainnya di Asrama Haji Sudiang, Sabtu (14/12/2019).
Anggota DPD RI, Tamsil Linrung berbincang dengan Ketum Wahdah Islamiyah, Ustaz Zaitun Rasmin dan pengurus lainnya di Asrama Haji Sudiang, Sabtu (14/12/2019).

Masjid Quba penuh sesak jemaah pada zuhur, Sabtu (14/12/2019). KH Muhammad Zaitun Rasmin dipersilakan maju ke depan. Jadi imam di masjid kompleks Asrama Haji Sudiang itu.

RAKYATKU.COM - Masjid Quba penuh sesak jemaah pada zuhur, Sabtu (14/12/2019). KH Muhammad Zaitun Rasmin dipersilakan maju ke depan. Jadi imam di masjid kompleks Asrama Haji Sudiang itu.

Tak seperti biasa, Ustaz Zaitun --sapaan akrabnya-- tidak sekadar meminta saf diluruskan dan dirapatkan. Sebelum bertakbir, dia menghadap kepada jemaah. Ada pengumuman.

"Kita mau salat zuhur dua rakaat. Bagi ikhwah yang mukim, silakan dilanjutkan dua rakaat lagi. Kami akan melanjutkan salat jamak dua rakaat," kata ketua umum DPP Wahdah Islamiyah itu.

Semua terdiam dan manut. Maklum, sebagian besar jemaahnya adalah pengurus dan kader Wahdah Islamiyah. Mereka adalah peserta musyawarah kerja nasional (mukernas) XII yang berlangsung 13-15 Desember 2019.

Tiba-tiba seorang jemaah di saf depan sebelah kiri angkat tangan. "Kalau begitu imamnya ganti saja ke yang mukim," katanya memberi usul, seperti diceritakan seorang jemaah yang menyebut dirinya, "penjual kopi".

Tanpa menunggu lama, Ustaz Zaitun mundur. Dia mempersilakan jemaah yang mukim untuk memimpin salat zuhur. Penggantinya, Ustaz Bahrunnida Lc. Dia salah seorang dai Wahdah Islamiyah.

Cerita tentang insiden itu diunggah Ustaz Fadhlan Akbar di akun Facebook-nya. Langsung mendapat banyak respons dan komentar. Banyak yang memuji kerendahan hati Ustaz Zaitun dalam menerima masukan dari jemaah.

Pujian itu berdatangan karena Ustaz Zaitun tidak ngotot menjadi imam. Juga tidak merasa perlu menjelaskan kebolehan orang yang salat jamak mengimami orang salat zuhur, pada kesempatan itu. Apalagi yang memprotes hanya satu orang.

"Akhlaq yang luar biasa. Beginilah potret ulama yang tawadhu...hafidzahullahu," komentar akun Riyan Saputra.

"Masya Allah.. beginilah akhlak pemimpin yang dicintai oleh orang-orang yang dipimpinnya..," sahut akun Nasrullah R Hanapi.

Dakwah Santun dan Lemah Lembut

Sebagian jemaah langsung teringat momentum pembukaan Mukernas XII Wahdah Islamiyah, Jumat sore (13/12/2019). Ustaz Zaitun tampil memberi sambutan sebagai ketua umum.

Dalam acara yang dihadiri Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel, Abdul Hayat, ulama bernama lengkap Dr KH Muhammad Zaitun Rasmin Lc MA itu punya pesan panting.

Di hadapan ratusan pimpinan dan dai-daiyah Wahdah Islamiyah seluruh Indonesia, dia meminta dakwah disampaikan dengan santun dan lemah lembut. Tidak menggunakan otot. Pesan itu ternyata langsung diaplikasikan, dicontohkan.

Dakwah dengan lemah lembut ini juga sudah dicontohkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dakwah bil hikmah, istilahnya. Ini pula yang menjadi salah satu kunci dakwah Wahdah Islamiyah bisa diterima berbagai kalangan.

Salah satu buktinya, Wahdah Islamiyah kini sudah hadir di 34 provinsi di Indonesia. Tak hanya di tingkat provinsi, dai-daiyah Wahdah Islamiyah kini tersebar ke kabupaten/kota, bahkan hingga ke pelosok desa. 

Muktamar kali ini mengusung tema "Optimalisasi Peran Ormas demi Kebutuhan Umat dan Bangsa dalam Bingkai NKRI". Momentum mukernas ini ingin memberikan masukan positif demi keutuhan dan kebutuhan bangsa Indonesia.

"Kita bisa berkontribusi positif dengan negara seperti ini termasuk pada pemerintah. Pemerintah jangan dijauhi, walaupun kadang kita tidak disukai," ujar Ustaz Zaitun.

Galakkan Zero Waste 

Momentum Mukernas XII Wahdah Islamiyah juga dijadikan momentum untuk menguatkan komitmen menjaga lingkungan. Seluruh peserta mukernas diminta menerapkan zero waste.

Melalui jargon "Lihat Sampah Ambil, Tidak Rapi Rapikan" atau Lisa Dara Apik, mukernas ini menggelorakan kampanye pengurangan sampah plastik. Peserta diminta membawa tumbler masing-masing. 
 
Peserta juga diminta tidak boros air wudu. Hemat menggunakan air. Bukan menjaga lingkungan semata, tetapi juga wujud dari ajaran Islam untuk menjaga karunia Allah subhanahu wata'ala. 

Sekda Provinsi Sulsel, Dr Abdul Hayat Gani yang hadir mewakili gubernur, memberikan apresiasi kepada Wahdah Islamiyah. Dia berharap, hasil mukernas bisa semakin memperkuat persatuan bangsa Indonesia.

"Saya merasa terbantu karena elemen kelompok yang besar ingin mendorong kemajuan Indonesia," ujar Hayat dalam sambutannya.