RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Fakta baru terungkap tentang Saminah (34), ibu yang memaksa anak kandungnya jadi pengemis di Kota Makassar.
Ternyata, tidak hanya satu orang anaknya dieksploitasi, tapi ada dua orang lainnya dipaksa jadi pengemis. Hal ini terungkap, setelah Saminah ditetapkan sebagai tersangka.
Saminah memiliki lima orang anak. Anak pertama merupakan seorang perempuan. Karena himpitan ekonomi, sehingga anaknya yang baru 15 tahun saat itu dicarikan jodoh. Dia pun dipaksa untuk menikah muda.
Harapannya untuk menggapai cita-citanya pun sirna. Karena anak tersebut harus ikut bersama suaminya merantau. Saminah pun, tidak lagi terbebani oleh anak pertamanya.
"Anak pertamanya itu sudah bersama suaminya di Papua merantau. Dia dipaksa menikah muda saat umur 15 tahun," kata Ketua tim reaksi cepat P2TP2A Makassar, Makmur Payabo.
Saminah masih memiliki empat orang anak. Dia harus menghidupi empat anak kandungnya tersebut. Dia tidak punya pekerjaan yang tetap, suaminya hanya seorang pemulung.
Hidup di Kota Makassar dengan kebutuhan yang mendesak, membuatnya mencari jalan pintas. Anaknya yang harusnya belajar sekolah, dipaksa untuk bekerja. Apapun kerjaannya yang penting menghasilkan uang.
Saminah, juga harus menyetor arisan ke sesama ibu-ibu di tempat tinggalnya. Hal itu pun membuatnya memaksa anak-anaknya jadi pengemis di pintu keluar Mall Panakukang. Dia tinggal bersama anak dan suaminya, di Jalan Adiyaksa.
Dari empat anak kandungnya, yang masih ikut sama dia. Tiga diantaranya dipaksa menjadi pengemis. Yang pertama seorang laki-laki berinisial DD (11), kedua perempuan SR (9) dan ketiga juga perempuan 7 tahun.
DD ditarget oleh ibunya untuk mendapatkan Rp100 ribu per hari. SR sendiri harus membawa pulang Rp 50 ribu, dan adik perempuannya, Rp40 ribu perhari.
"Anaknya yang terakhir masih umur 2 tahun lebih, makanya dia tidak pergi mengemis karena masih terlalu anak-anak," kata Makmur yang selalu menyelamatkan anak-anak dan perempuan dari kekerasan dan trafficking.
Tiga anak kandungnya yang dipaksa jadi pengemis masih sekolah. Setiap pagi, ketiganya harus bergegas menuju sekolahnya. Selepas pulang sekolah, mereka tidak boleh terlambat atau main-main layaknya anak sebayanya.
Sebab, apabila terlambat pulang, mereka akan mendapatkan hukuman. Tidak tanggung-tanggung ibu kandungnya, yang harusnya menjaganya memarahi bahkan sampai memukulnya.
Tidak peduli, ketiganya sudah makan atau tidak. Mereka harus tetap ke depan Mall Panakukang mencari uang untuk ibunya. Sedangkan sang ibu hanya tinggal di rumah menunggu setoran dari anak-anaknya tersebut.
Ketiga bocah yang lahir dari rahim Saminah itu, tidak boleh pulang ke rumah kalau mall masih terbuka. Mereka baru pulang ketika mobil dan motor habis di parkiran. Nanti sekitar pukul 22.00 Wita atau menjelang tengah malam baru mereka pulang.
Karena terlambat pulang atau begadang setiap malam, ketiga bocah malang tersebut kadang terlambat bangun untuk pergi sekolah, sehingga mereka tidak lagi berangkat karena sudah kesiangan.
"Mereka biasa tidak pergi sekolah. Sekolahnya bolong-bolong karena terlambat bangun dan harus pergi mengemis," bebernya.
Sementara suami Saminah, berinisial RM mengaku tidak tahu anaknya dipekerjakan paksa oleh ibunya. Sepengetahuannya, DD dan SR hanya berjualan tisu untuk membantu kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk jajan.
Kini dua saudaranya itu hanya dirawat oleh ayahnya, sejak ibunya Suminah diamankan di Mapolsek Panakkukang. Kedepannya, P2TP2A Makassar bakal berkoordinasi dengan ayah SR untuk proses penanganan lebih lanjut kepada dua saudaranya.
Sementara SR, telah berangsur pulih dari trauma, setelah didampingi oleh P2TP2A Makassar dan psikolog. Bocah tersebut juga sudah pergi sekolah di SD Tamaung maung.
"Sudah pergi sekolah, diantar jemput, dia tinggal untuk sementara di rumah aman sampai dia pulih 100 persen, baru kita kembalikan ke keluarganya," tutupnya.