RAKYATKU.COM - Horor merupakan genre film yang sangat populer, karena mampu menebar teror dan membuat penonton merasa tegang.
Namun tak sadar, hantu di dakam film honor itu kebanyakan perempuan. Sebut saja Sadako dari Jepang, Si Manis Jembatan Ancol, atau Suzanna di berbagai film.
Dilansir Jalantikus, inilah alasan mengapa film-film horor banyak menggunakan perempuan sebagai karakter hantunya.
1. Budaya
Banyak film horor yang mengambil ide cerita dari kisah mitologi kuno. Film-film Hollywood misalnya, banyak mengambil tema zombie dan vampir.
Tapi di kebanyakan negara, perempuan lah yang menjadi sosok hantu menakutkan. Sejak dahulu kala, wanita lebih identik dengan hal-hal yang berbau mistis.
Film-film Indonesia pun banyak yang mengambil dari budaya lokal. Sebut saja Kuntilanak yang berasal dari masyarakat melayu. Hantu ini digambarkan sebagai seorang wanita cantik berambut panjang yang menebar teror.
Apalagi, Indonesia memiliki banyak sekali tokoh-tokoh mistis bergender perempuan. Sebut saja Nyi Roro Kidul, Nyi Blorong, dan lain sebagainya.
2. Perempuan Lebih Pendendam
Kita sering menganggap wanita lebih pendendam dari laki-laki, meskipun hal tersebut tidak sepenuhnya benar.
Karena kebanyakan hantu berkisah tentang roh pendedam, maka dipilihlah karakter perempuan yang dianggap mampu merepresentasikan dendam tersebut lebih baik.
Seperti yang kita ketahui, dendam yang dimiliki oleh para hantu inilah yang menyebabkan mereka menebar teror ke mereka yang masih hidup.
Ambil contoh hantu Ibu dari film Pengabdi Setan karya Joko Anwar. Karakter Ibu tersebut memiliki 'misi' setelah bangkit dari kubur.
3. Perempuan Lebih Rawan Kekerasan
Kebanyakan roh menjadi sosok yang gentayangan adalah karena kematiannya yang tidak tenang. Bisa karena dibunuh atau diperkosa.
Nah, secara logika perempuan lebih mudah berada di dalam situasi tersebut dibandingkan laki-laki. Perempuan lebih rawan mendapatkan kekerasan seksual.
Bahkan ada yang menyambungkan fenomena ini dengan teori Freudian tentang kembalinya orang-orang yang tertindas.
Menurut teori ini, pikiran sadar kita akan menekan pikiran yang tidak menyenangkan atau menyakitkan, tapi masih disimpan di alam bawah sadar kita.
Film horor menginterpretasikan teori tersebut dengan memunculkan hantu yang dulu semasa hidupnya sering tertindas dan ingin melakukan balas dendam.
4. Lebih Bagus Secara Visual
Jika disuruh menggambarkan karakter hantu, kebanyakan dari kita akan menggambarkan sosok berambut panjang dengan gaun putih panjang.
Karena persepsi tersebut, perempuan dianggap mampu menggambarkan karakter hantu lebih baik daripada laki-laki. Dengan sedikit polesan make-up, mereka akan terlihat sangat menyeramkan.
Berbeda dengan laki-laki. Jika diberi efek make-up yang sama, hantu laki-laki akan terlihat lucu. Kalau kamu ingin tahu contoh jeleknya hantu laki-laki, coba deh tonton film 1920 London.
Selain itu, suara tertawa dan rintihan yang dimiliki oleh perempuan lebih menyeramkan. Tak jarang mereka juga mengeluarkan suara yang melengking.
Suara perempuan yang menjadi hantu terdengar lebih mengerikan dibandingkan suara laki-laki yang cenderung maskulin.
Bayangkan tawa lirih hihihihi berganti dengan suara hahahaha yang lantang, kan kesan seramnya jadi berkurang.
5. Pesan Moral
Beberapa film horor memilih perempuan sebagai karakter hantu karena ingin menyampaikan pesan moral kepada kita semua.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, wanita sering menjadi obyek kekerasan laki-laki. Tak jarang, kekerasan tersebut berujung menjadi sebuah kematian.
Maka dari itu, film horor banyak bercerita tentang wanita yang tertindas dan teraniaya hingga meninggal. Lantas mereka menjadi hantu dan melakukan balas dendam.