Selasa, 22 Oktober 2019 15:17

Hari Santri Nasional, IDP Nostalgia Masa-masa Jadi Santri

Al Khoriah Etiek Nugraha
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Hari Santri Nasional, IDP Nostalgia Masa-masa Jadi Santri

Hari Santri Nasional yang jatuh tepat hari ini, Selasa (22/10/2019) menjadi momen tersendiri bagi Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, untuk mengenang kembali masa-masa saat mondok di pesantren.

RAKYATKU.COM, LUWU UTARA - Hari Santri Nasional yang jatuh tepat hari ini, Selasa (22/10/2019) menjadi momen tersendiri bagi Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, untuk mengenang kembali masa-masa saat mondok di pesantren.

Masa-masa itu diungkapkan Indah untuk memotivasi para santri, saat memimpin upacara dalam rangka Hari Santri Nasional, di Pondok Pesantren Al-Falah Lemahabang, Kecamatan Bone-Bone.

"Santri berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya melek/membaca, kata santri tidak terdapat di kitab -kitab, ini menunjukkan lokalitas/kearifan lokal. Dan itulah mengapa kemarin saya adalah santri, pernah nyantri, dan akan selalu menjadi santri," kata Indah.

Menjadi santri, lanjut Alumni Pondok Pesantren Datok Sulaiman ini, harus terus belajar dan membaca. Perlu long life education. Yakni pendidikan itu berlangsung sepanjang hidup. 

"Oleh karena itu bagi kita yang pernah mondok rasanya malu kalau sudah selesai lalu berhenti membaca, bukankah dengan membaca itu kita sebenrnya sedang berada di jendela dunia? Kalau mau keliling dunia tidak usah repot-repot beli tiket cukup membaca buku. Dulu waktu saya sekolah, saya membaca semua buku yang ada di perpustakaan, dan sama seperti kalian makan nasi yang agak keras, saya baru tahu sekarang bahwa itu sengaja agar santri tidak cepat lapar. Kita ini anak pesantren, makan di kaleng-kaleng tapi bukan kaleng-kaleng," terang Indah yang diikuti tepuk tangan dari para santri yang hadir.

Saat ini, pesantren merupakan laboratorium perdamaian, tempat menyemai ajaran Islam rahmatanlilalamin, Islam ramah dan moderat dalam beragama. Sikap moderat dalam beragama sangat penting bagi masyarakat yang plural dan multikultural. Dengan cara seperti inilah keragaman dapat disikapi dengan bijak serta toleransi dan keadilan dapat terwujud.