Selasa, 03 Desember 2019 08:36

Ada Telepon Misterius Sebelum Hakim Jamaluddin Dibunuh

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi
Ilustrasi

Di sebuah kebun karet Desa Suka Rame, Kutalimbaru, Deli Serdang, Sumatera Utara, sebuah Land Cruiser hitam tampak menabrak pohon. Jumat, 29 November 2019. Seorang warga mendekat. 

RAKYATKU.COM, MEDAN - Di sebuah kebun karet Desa Suka Rame, Kutalimbaru, Deli Serdang, Sumatera Utara, sebuah Land Cruiser hitam tampak menabrak pohon. Jumat, 29 November 2019. Seorang warga mendekat. 

Warga tersebut kaget. Di kelas dua mobil itu, seorang pria tewas. Tangannya terikat ke belakang. Pria itu adalah Jamaluddin, Hakim Pengadilan Negeri Medan, Sumatera Utara.

Ada luka mencurigakan di leher Jamaluddin. Diduga dia tewas dibunuh. Polisi masih bekerja keras, mencari pembunuhnya.  

"Ada di leher (luka mencurigakan), tapi kita nggak tahu luka apa. Kita tetap menunggu hasil autopsi," ujar Kabid Humas Polda Sumut Kombes Tatan Dirsan Atmaja. 

Kapolda Sumatera Utara Irjen Agus Andrianto juga menduga, Hakim Jamaluddin tewas dibunuh. 

"Sedang didalami. Artinya, bahwa kemungkinan dibunuh," kata Kapolda Sumut Irjen Agus Andrianto.

Menurut Agus, kemungkinan pembunuhnya adalah orang dekat. "Tapi kayaknya dugaan kita orangnya tidak jauh (dari korban)," sebut Agus.

Terbaru, Pengurus Pusat Ikatan Hakim Indonesia (Ikahi) menyebut, Jamaluddin sempat menerima telepon di pagi hari, sebelum dia ditemukan tak bernyawa. Namun, panggilan telepon itu misterius. Tak diketahui dari siapa.

"Menurut informasi dari keluarganya (korban) ditelepon oleh sahabat atau kenalan beliau, untuk dijemput di Kualanamu Airport, Medan," ujar Ketua Umum PP Ikahi, Suhadi, di Mahkamah Agung (MA), Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Senin (2/12/2019).

Sebelum ke bandara, korban sempat mampir ke PN Medan. Setelah itu, korban menuju bandara seorang diri. Dia masih mengenakan celana jins saat singgah di PN Medan. Sementara saat ditemukan tak bernyawa, dia sudah mengenakan celana training.

"Sampai jam 13.00 tidak ada informasi, tidak masuk kantor dan sekitar jam 3 sore ditemukan oleh masyarakat di kebun kepala sawit yang ada jurangnya bersama dengan kendaraan yang ditumpangi beliau," ujar Suhadi.

Suhadi berharap, polisi bisa mengungkap siapa penelepon misterius di pagi hari tersebut.

Seorang yang mengenal almarhum menyebutkan, selain sebagai hakim, almarhum juga seorang kontraktor. Dia memiliki perusahaan, dan sedang mendapat proyek jalan. Dia menduga, kematian korban bukan karena profesinya sebagai hakim, melainkan terkait bisnisnya.