RAKYATKU.COM - Video klip seorang gadis Amerika Serikat yang menuduh Tiongkok memasukkan muslim ke dalam 'kamp konsentrasi" telah menyebar di TikTok, jejaring sosial milik Tiongkok.
Unggahan itu sekilas tampak seperti video tentang tutorial tata rias. Namun, remaja perempuan itu kemudian meminta para pemirsanya untuk meningkatkan kesadaran tentang hal yang dia sebut sebagai 'Holokaus Lain'.
Feroza Aziz belakangan mengirim cuitan bahwa TikTok telah memblokirnya dari mengirim konten baru. Namun, TikTok membantah klaim tersebut.
"TikTok tidak memoderasi konten karena sensitivitas politik," kata seorang juru bicara kepada BBC News. Meski demikian, Douyin, versi bahasa Mandarin dari TikTok, yang kiriman Aziz tidak muncul di dalamnya, disensor secara politis.
Perusahaan pemilik TikTok mengatakan telah secara permanen melarang salah satu akun lama Aziz pada 15 November karena mengirim sebuah video – tidak ada kaitannya dengan video yang viral ini – yang melanggar aturannya tentang materi terkait terorisme.
Sebagai tindakan tambahan, perusahaan kemudian memblokir ponsel pintarnya, pada 25 November, tetapi itu juga tidak ada hubungannya dengan kirimannya tentang Tiongkok.
"Akun barunya dan videonya, termasuk video bulu mata yang dipermasalahkan, tidak terpengaruh dan terus mendapatkan penonton," tambah juru bicara itu.
Sementara itu, pemerintah Tiongkok secara konsisten mengatakan kamp-kamp tersebut menawarkan pendidikan dan pelatihan sukarela, meskipun bukti-bukti menunjukkan sebaliknya.
Aziz mengunggah tiga video tentang perlakuan Tiongkok terhadap muslim Uighur, antara Minggu (24/11/2019) dan Senin (25/11/2019).
Yang pertama telah ditonton lebih dari 1,4 juta kali dan like hampir 500.000 kali di aplikasi.
Salinan yang diunggah ke Twitter oleh pengguna TikTok lainnya telah ditonton lima juta kali.
Salinannya juga telah diunggah ke YouTube dan Instagram.
Bagian dari daya tarik video tersebut adalah kesan adanya upaya sengaja untuk menghindari dugaan penyensoran oleh pemilik TikTok yang berbasis di Beijing, Bytedance.
Aziz menyelipkan komentar kritisnya di antara kiat-kiat untuk membuat bulu mata terlihat lebih panjang.
"Saya bilang begitu agar TikTok tidak menurunkan video saya," dia menjelaskan dalam salah satu video rekaman.
GUYS NO JOKE THIS TUTORIAL HELPED ME SO MUCH PLEASE WATCH IT pic.twitter.com/BuITSebOu6
— saltys backup (@soIardan) November 24, 2019
'Kreatif subversif'
Meskipun versi TikTok yang digunakan di Tiongkok daratan menyensor kritik terhadap Partai Komunis China, Bytedance mengatakan tidak melakukan tindakan yang sama terhadap konten dari pengguna di tempat lain.
Dan perusahaan itu menekankan bahwa klip-klip lain tentang perlakuan buruk terhadap orang-orang Uighur di dalam kamp-kamp di Tiongkok diizinkan untuk tetap berada di platform internasionalnya. Meskipun mereka cenderung tidak mendapatkan perhatian seperti yang didapatkan Aziz.
Video remaja berusia 17 tahun itu diunggah pada pekan yang sama saat bocoran dokumen rahasia yang memerinci langkah-langkah yang dilakukan untuk mencuci otak ratusan ribu muslim di wilayah barat Xinjiang terungkap.
Bocoran tersebut melemahkan klaim pemerintah Tiongkok bahwa kamp-kamp tersebut dihadiri secara sukarela dan dirancang untuk melawan ekstremisme.
Duta besar Tiongkok untuk Inggris menyangkal dokumen-dokumen itu, dan menyebutnya 'berita palsu'.
Aziz membacakan daftar tindak penganiayaan yang menurutnya terjadi di dalam kamp-kamp tersebut.
"[Dengan] menyebarkan kesadaran, [kita] bisa membuat keajaiban," katanya.
"Kita dapat menjangkau jutaan orang di seluruh dunia [dan] menjangkau mereka yang berkuasa untuk melakukan sesuatu tentang hal itu."
Sumber: BBC Indonesia