Rabu, 27 November 2019 00:15

BPBD Sulsel 'Minta' Helikopter Lagi

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel, 'minta' helikopter lagi.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel, 'minta' helikopter lagi.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel, 'minta' helikopter lagi. BPBD Sulsel, tahun lalu, sudah sempat merencanakan pengadaan helikopter.

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel, 'minta' helikopter lagi. BPBD Sulsel, tahun lalu, sudah sempat merencanakan pengadaan helikopter. Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah, termasuk yang mendukung.

Namun saat itu, banyak mendapat penolakan dari dewan Sulsel. Alasannya, penanganan bencana di Sulsel, masih bisa ditanggulangi. Tanpa harus menggunakan helikopter.

BPBD Sulsel, kembali mengusulkan pengadaan helikopter, pada APBD 2020. Hal itu disampaikan Kepala BPBD Sulsel, Syamsibar. Syamsibar hadir, dalam rapat kerja Komisi E DPRD Sulsel, Selasa malam (26/11/2019).

"Pagu anggaran, yang kami terima dari TAPD, tahun 2019 itu belanja langsungnya Rp7 miliar. Untuk 2020 rancangannya, Rp37 miliar. Yang sesungguhnya, di situ di dalamnya ada tercantum pengadaan helikopter, Rp30 miliar," kata Syamsibar.

Akan tetapi, kata dia, anggaran Rp30 miliar itu, sebenarnya jauh dari cukup. Untuk bisa mendatangkan helikopter. Sebab setelah helikopter didatangkan, biaya tambahan juga harus disiapkan. Untuk membiayai kru. Pilot, bagian mesin. Kemudian di darat, juga harus ada yang merawat.

"Dan menyiapkan rumahnya, kendaraannya, kemudian biaya operasionalnya per hari berapa jam, servisnya. Itu dalam sekian bulan itu harus servis lagi," jelasnya.

Kesimpulannya adalah dana sebesar Rp30 miliar ini tidak cukup. Karena ternyata, kalau membeli helikopter itu, tidak sama dengan mobil. Hasil hitung-hitungannya, dibutuhkan anggraan 60 persen, dari harga helikopter. 

Kalau memang mau helikopter yang layak, itu di atas Rp100 miliar. Kata dia, sebenarnya ada, helikopter yang harganya hanya 2 juta dolar. Atau kurang lebih Rp28 miliar.

Itu pun, baru harga dasar. Belum termasuk pajak. Belum maintenance. 

"Kalau misalnya dia mau terbang ke Bone, karena dia tidak mampu terbang tinggi, melewati gunung dia harus lewat Parepare," sebut Syamsibar.

Itu pun, sangat rawan juga. Karena hanya satu mesin. Jadi, helikopter itu tidak boleh bergerak untuk kebencanaan, kalau hanya mesinnya satu. Harus ada mesin ganda.

"Karena ini bukan mobil. Kalau mobil itu macet, dia bisa minggir. Kalau heli tidak ada jalan lagi. Makanya saya bilang, saya temasuk salah satu yang tidak setuju kalau beli yang mesinnya satu," ujarnya.

"Yang pertama setiap terbang pasti saya di situ. Saya sudah rasakan, kita pernah pakai pesawatnya angkatan udara, helinya besar bisa sampai 12 orang, tapi tidak mampu lawan kalau hujan," demikian Syamsibar.