Rabu, 27 November 2019 07:00

Hati-Hati! Gawai Bisa Jadikan Anak Berkebutuhan Khusus

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi. (Foto: BP Guide)
Ilustrasi. (Foto: BP Guide)

Gadget atau gawai membawa pengaruh positif dan negatif. Bisa memudahkan mobilitas sehari-hari, tetapi juga dapat menyebabkan kecanduan.

RAKYATKU.COM - Gadget atau gawai membawa pengaruh positif dan negatif. Bisa memudahkan mobilitas sehari-hari, tetapi juga dapat menyebabkan kecanduan.

Pada anak-anak, gawai bisa membuat mereka mengalami gangguan perilaku hingga disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK).

Menurut psikolog anak dan pendidikan, Dianda Azani, M.Psi, sekarang ini banyak anak-anak yang mengalami gangguan perilaku karena gawai. 

Padahal, tadinya mereka adalah anak-anak yang masuk kategori normal. Hal ini dikarenakan gawai mengganggu tahap tumbuh kembang anak.

"Gadget banyak menyerap atensi karena saat dimainkan, benar-benar fokus hanya pada gadget dan lupa dengan lingkungan sekitar. Padahal pada usia tumbuh kembang waktunya anak melatih semua fisik terutama kognitif dan emosionalnya," ujar Dianda.

Sekrang ini, kata dia, banyak anak yang sekarang mengalami speech delay dan problem attention. 

Anak yang tadinya tumbuh kembangnya normal, menjadi seperti mengalami attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), tetapi sebenarnya bukan ADHD. Ada juga anak yang terlihat seperti terkena autisme, tetapi sebenarnya tidak, hanya perilakunya bermasalah.

"Mereka tetap disebut anak berkebutuhan khusus karena perilaku mereka tidak seperti anak normal. Kondisi ini baru ditemui sekarang ini dan itu banyak banget," kata Dianda.

Dianda menjelaskan, pada usia lima tahun otak anak masih terus berkembang. Di tahap ini mereka seharusnya mendapatkan stimulasi-stimulasi yang merangsang sensor kognitif, motorik, dan emosi. 

Namun ketika anak hanya fokus bermain gawai dan itu menjadi kebiasaan rutin, maka bisa mengubah susunan saraf otak.

"Untuk mengubah dan mengembalikan anak menjadi normal itu butuh bertahun-tahun terapi. Memang gadget jahat banget dan juga mengubah pola budaya pengasuhan," ujar Dianda.

"Seharusnya orangtua bisa lebih kreatif untuk mengasuh anaknya. Misal anak yang menangis diajak bermain oleh ibu, mereka bisa merasa senang," katanya.

"Atau ketika mau makan diberi tahu beraneka ragam jenis makanan yang dimakannya. Ini dapat membuat anak punya relasi emosi yang sehat dan kemampuan motorik bagus," ujar Dianda.

Sumber: Okezone