Senin, 25 November 2019 08:19

Masjid di Tengah Hutan, Awalnya Disangka Milik Radikal, Batu Keramat Dipecah Tukang Papua

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Masjid di tengah hutan, di kaki Gunung Lompobattang.
Masjid di tengah hutan, di kaki Gunung Lompobattang.

Sebuah masjid dibangun jauh dari perkampungan. Warga menyebutnya, "Masjid di Tengah Hutan". Bangunannya megah. Arsitekturnya cantik. Viral di dunia maya. Warganet bilang, mirip di negeri dongeng.

RAKYATKU.COM, GOWA - Sebuah masjid dibangun jauh dari perkampungan. Warga menyebutnya, "Masjid di Tengah Hutan". Bangunannya megah. Arsitekturnya cantik. Viral di dunia maya. Warganet bilang, mirip di negeri dongeng.

Berada di wilayah Dusun Langkoa, Desa Bontolempangan, Gowa. Tepatnya di kaki Gunung Lompobattang. Sekitar 62,7 kilometer dari Ibu Kota Gowa, Sungguminasa.

Daeng Tawang, salah seorang warga Jeneponto, ikut penasaran. Dia ke lokasi naik motor. Berdua rekannya. Mereka salat azar di masjid itu. Usai salat azar, sempat berbincang dengan pekerja kebun. karyawan pengusaha yang tinggal di Papua. Pekerja hanya akrab menyapanya "Puang".

Daeng Tawang bersama temannya berfoto di teras masjd usai melaksanakan salat azar.

Dibangun 5 tahun lalu, masjid ini awalnya disangka tempat pengkaderan kaum radikal. Karena letaknya di tengah hutan.

Di media sosial, seorang bernama Rizal Budi mengklarifikasi. Dia mengaku putra pengusaha bernama "Puang" itu.

"Miris saya mmembaca komen-komen miring, seakan-akan masjid ini tersembunyi karena dipakai oleh Islam radikal atau niat tidak baik. Percayalah, masjid itu berdiri atas niat yang sangat baik. Wassalam," tulisnya.

Dia mengatakan, masjid ini dibangun ayahnya di dalam kebun kopi miliknya, tetapi terbuka untuk umum. Di tempat berdirinya masjid itu, dulunya ada sebongkah batu yang sangat besar.

Seringkali ditemukan semacam persembahan atau "sesajen" di batu tersebut dan sekitarnya. Karena itu, pria "Puang" mencari orang untuk menghancurkan batu tersebut.

Penduduk sekitar, tak ada yang berani. Karena batu itu sudah telanjur dianggap keramat.

"Puang" lalu membawa seorang pekerja dari Papua untuk menghancurkan batu itu. Lalu, tukang-tukang dari Jawa Barat, menggunakan pecahan batu-batu "keramat" itu sebagai fondasi masjid.

"Masjid itu belum selesai seutuhnya. Di bawahnya akan ada ruangan untuk tempat tinggal guru mengaji untuk anak-anak penduduk sekitar," tulis Rizal Budi.