RAKYATKU.COM, HONG KONG - Sejumlah demonstran yang masih bertahan di universitas yang terkepung di Hong Kong mencoba melarikan diri dan menghindari polisi dengan merangkak melalui selokan bawah tanah.
Sebelumnya, ratusan pendemo telah meninggalkan kampus Universitas Politeknik Hong Kong (PolyU), tetapi puluhan orang diyakini masih bertahan di dalam kampus.
Kampus tersebut, salah satu lokasi bentrokan paling intensif selama berbulan-bulan protes anti pemerintah, dikepung oleh aparat kepolisian yang kemudian menangkap para pendemo dewasa yang berusaha kabur.
Enam orang pendemo telah ditangkap pada Rabu (20/11/2019) karena berusaha melarikan diri melalui selokan bawah tanah.
Mereka yang ditangkap, termasuk dua pria yang memanjat keluar dari selokan bawah tanah dan empat orang lainnya, tiga pria dan seorang perempuan, yang melepas penutup lubang selokan dan menurunkan tali ke dalam selokan untuk membantu rekannya. Demikian pernyataan polisi.
"Di sana gelap sekali dan sulit, saya ingin segera pulang," kata seorang pemuda yang gagal kabur melalui selokan kepada BBC Chinese. "Tapi apakah ada cara lain untuk kabur dari kampus PolyU?"
Pengepungan aparat kepolisian selama empat hari di kampus Politeknik merupakan salah satu konfrontasi paling dramatis selama lima bulan gerakan protes yang melumpuhkan Hong Kong.
Protes dimulai setelah pemerintah berencana mengeluarkan RUU yang memungkinkan tersangka diekstradisi ke China daratan.
RUU itu akhirnya ditarik, tetapi demonstrasi terus berlanjut, setelah berkembang menjadi protes yang lebih meluas terhadap dugaan kebrutalan polisi dan semacam ketakutan bahwa identitas unik Hong Kong menjadi terancam oleh kehadiran China.
PolyU merupakan kampus terakhir dari lima universitas di Hong Kong yang diduduki para demonstran dalam 10 hari terakhir.
Sekitar 100 orang demonstran yang militan tetap memilih berada di dalam kampus setelah berhari-hari mereka bentrok dengan aparat kepolisian.
Banyak pengunjuk rasa yang menyerah kepada polisi atau bersedia dievakuasi sebagai bagian dari evakuasi medis.
Lebih dari 1.000 orang pendemo telah ditangkap. Mereka yang berusia di bawah 18 tahun diperbolehkan untuk pulang, tetapi identitas mereka tetap dicatat.
Sekelompok kecil pengunjuk rasa yang berusaha menghindari kemungkinan ditangkap dan dipenjara telah mencoba rute pelarian berbahaya melalui selokan bawah tanah.
Mereka turun ke dalam terowongan dengan membekali diri dengan senter dan masker gas.
Anggota pemadam kebakaran telah memblokir pintu masuk utama ke selokan bawah tanah di dalam kampus PolyU untuk menggagalkan pelarian semacam itu.
Pada Selasa (19/11/2019) dan Rabu (20/11/2019), tim penyelam masuk ke dalam terowongan bawah tanah untuk mencari pengunjuk rasa yang mungkin terjebak, tetapi mereka tidak menemukannya.
Apakah ada pendemo yang berhasil melarikan diri melalui saluran pembuangan itu, masih belum jelas.
Dua orang pengunjuk rasa, yang berusaha melarikan diri melalui selokan, ditangkap pada Rabu (20/11/2019). Mereka ditangkap saat keluar dari lubang selokan yang posisinya terletak sekitar setengah kilometer dari kampus tersebut.
Bowie, mahasiswa 21 tahun yang berusaha kabur melalui selokan, mengatakan kepada kantor berita Reuters: "Selokan itu sangat bau, banyak kecoak, banyak ular..."
"Saya tidak pernah berpikir bahwa suatu hari saya perlu bersembunyi di selokan atau melarikan diri melalui selokan untuk bertahan hidup," tambahnya.
Bersama kelompoknya, dia mengaku nyaris satu jam berenang di air kotor dan bau, tetapi ketika naik ke atas, ternyata mereka masih berada di lingkungan kampus.
Melarikan diri melalui selokan bawah tanah hanyalah salah-satu cara para pendemo. Sebelumnya, ada yang mencoba kabur dengan turun dari tali dan dijemput oleh rekannya dengan sepeda motor di jalan raya.
Polisi mengatakan hampir 40 dari mereka kemudian ditangkap.
Pendemo lainnya mencoba melarikan diri dalam kegelapan malam, sementara banyak lainnya mencoba melewati penjagaan polisi, yang berujung pada pemukulan sebelum akhirnya ditangkap.
Sumber: BBC Indonesia