Seketika, peta politik Sulsel kembali bergejolak pasca pelantikan mantan Gubernur Sulsel, Dr. Syahrul Yasin Limpo (SYL) sebagai Menteri Pertanian oleh Presiden Joko Widodo, Rabu (23/10).
Penunjukan SYL sebenarnya tak diduga oleh banyak kalangan terutama karena posisi yang diberikan kepadanya adalah salah satu pembantu presiden paling strategis yaitu pertanian.
Tapi, mari kita mengeyampingkan dulu mengapa Jokowi berani memberikan posisi super strategis itu kepada SYL. Satu sisi yang menarik pasca pelantikan itu adalah bakal berubahnya konstalasi politik Sulsel jelang Pilkada di 12 daerah plus berubahnya arah angin politik Sulsel dalam beberapa tahun ke depan.
Kondisi ini memang menarik diamati karena pada beberapa daerah klan Yasin Limpo dimungkinkan akan ikut bertarung. Demikian pula dengan para loyalis lama SYL yang seperti akan kembali menemukan nyawa keduanya pasca pelantikan SYL.
Di Makassar misalnya, posisi adik kandung SYL, Irman Yasin Limpo dipastikan akan lebih menguat. Positioning politik None, begitu ia disapa, secara otomatis akan menebal oleh karena beberapa rivalnya pasti akan menjadikannya sebagai bagian dari penghitungan utama strategi pencalonan. None kini bagai gula-gula di Piwali Makassar terutama bagi figur yang berharap dukungan pusat.
Di Gowa, posisi petahana Adnan Puritcha Ichsan juga semakin berkibar. Sang keponakan yang memang sudah sangat kuat, kini makin mendapat ruang lebar untuk menegaskan posisi politiknya di Pilkada Gowa. Hampir pasti, Adnan akan bertarung sendiri tanpa lawan alias akan berhadapan dengan kotak kosong.
Di Maros, klan YL juga bakal menguat. Sang keponakan, Devo Khadaffi, akan makin diperhitungkan. Mantan pemenang kedua Pilkada Maros 2010 ini bakal menjadi figur bidikan bagi figur lainnya yang dulu tak memperhitungkannya.
Klan YL juga akan bertarung di Pilkada Soppeng. Adalah sang besan, Luthfi Halide, akan menjadi penantang yang serius bagi petahana Andi Kaswadi Razak. Meski belum teruji dengan baik kemampuannya dalam bertarung dengan petahana, Luthfi bisa menjadi batu sandungan jika mampu memanfaatkan kelebihan pengaruh SYL di bidang pertanian.
Pada beberapa daerah lain, loyalis SYL yang merupakan orang orang dekatnya selama menjadi gubernur juga akan mendapat angin baru. Gertakan awal sebagai orang dekat SYL cukup bisa mengubah konstalasi di politik lokal.
Jika SYL mampu menjaga posisinya di Kementerian Pertanian hingga akhir periode Jokowi Ma'ruf, maka hal itu juga dipastikan akan mengubah peta politik Sulsel, terutama di Pilgub Sulsel 2023 dan Pilleg 2024. Sang keponakan, Adnan Puritcha yang akan mengakhiri periode terakhirnya di Gowa, dimungkinkan akan bertarung melawan petahana Nurdin Abdullah dan juga calon kuda hitam seperti Wagub Andi Sudirman Sulaiman dan beberapa kepala daerah lain di Sulsel yang juga akan ikut bertarung.
Namun dari semua itu, alarm peringatan harus juga dinyalakan pada SYL. Konstalasi politik nasional harus menjadi perhatiannya. Itu agar tak ada yang marah di lingkar istana dengan kondisi perubahan peta politik di Sulsel pasca posisi baru SYL.
Penulis: Dr Nurmal Idrus MM (Direktur Nurani Strategic Consultant)