Minggu, 29 September 2019 14:45
CITIZEN REPORT

Daeng Sangnging, Pembersih Kampus yang Sukses Kuliahkan Anak hingga Cumlaude

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Jumiati Daeng Sangnging
Jumiati Daeng Sangnging

Di tengah lalu lalang para mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, tampak seorang wanita paruh baya dengan pakaian sederhananya, sibuk membersihkan lantai koridor di Fakultas Dakwah dan

RAKYATKU.COM - Di tengah lalu lalang para mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, tampak seorang wanita paruh baya dengan pakaian sederhananya, sibuk membersihkan lantai koridor di Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) kampus yang berada di wilayah Kabupaten Gowa itu. 

Wajahnya begitu tenang dan santai, sambil membalas sapa orang-orang yang mengenalnya, baik itu mahasiswa, dosen, maupun staf-staf yang bekerja di tempat yang sama.

Wanita kelahiran 1975 itu bernama lengkap Jumiati Daeng Sangnging, merupakan ibu dari dua orang anak hasil pernikahan dengan suaminya bernama Ruslan. Anak pertama seorang perempuan dan anak kedua seorang laki-laki.

Daeng Sangnging telah bekerja sebagai petugas kebersihan di FDK sejak 9 tahun lalu. “2010 ku masuk, jadi 9 tahun. Di sini teruska di Fakultas Dakwah tidak pernahka pindah-pindah,” ucapnya dengan logat Makassar yang kental.

“Dulu saya hanya jadi Ibu Rumah Tangga, tapi ada panggilan untuk kerja di sini, jadi masukka. Hitung-hitung juga untuk meringankan beban suami toh,” ucapnya sambil tersenyum. 

Selain bertugas untuk membersihkan area fakultas, wanita pekerja keras ini, juga kerap kali mendapatkan tugas untuk membuatkan minuman bagi para staf dan tenaga pengajar. 

“Di sini menyapuka, biasa disuruhka dosen bikin kopi, teh sembarang apa disuruhkan,” lanjutnya.

Upah perbulan yang ia dapat sekarang sudah cukup untuk kebutuhan sehari-hari. “Baru pi itu Rp1,2 juta ini tong pi tahun. Dulu 500 ribu yang pertama toh baru naik 700 ribu hingga 800
ribu,” paparnya.

Walau dulu upah tak seberapa, Daeng Sangnging tetap berupaya agar bisa menyekolahkan kedua anaknya hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Karena menurutnya, rezeki itu sudah diatur oleh Tuhan.

“Dulu waktu masih sedikit gaji, tidak ada ta’ tabung. Kalau
adapi kasih-kasihka dari dosen rejekiku begitu kusimpanmi. Ku ingatki itu anakku mau sekali kuliah, tapi tidak mampuka toh jadi kubilang biarmi,” tuturnya.

Namun perjuangan Daeng Sangnging tak sia-sia. Putrinya, Anita Rahayu, mampu memperlihatkan prestasi yang membanggakan kedua orang tuanya.

Sebelumnya, Anita berkuliah di kampus yang sama dengan tempat kerja ibunya. Ia merupakan mahasiswa yang mendapat beasiswa langsung dari jurusan. Pernah mencoba peruntungan daftar beasiswa bidikmisi, tetapi ia tidak lulus dikarenakan hanya dua
bersaudara. 

“Kalau bidikmisi tidak karena dua orangji bersaudara, lulusji di tes wawancara tetapi tidak tidak lulusmi lagi di tahap selanjutnya, karena kartu rumah tangga yang menentukan,” papar Daeng Sangnging.

Anita mendapat peringkat dua tertinggi di kelasnya dari jumlah siswa 46 orang dan sukses meraih gelar sarjana dengan predikat cumlaude. Hal tersebut membuat kedua orang tuanya merasa sangat senang dan bangga. 

Karena jerih payah kedua orang tuanya dan kecerdasan yang ia miliki, ia lantas di terima untuk bekerja di salah satu sekolah dasar di Gowa, yaitu di SDN Paccinongang Unggulan. 

Walaupun honorer, tapi menurut Daeng Sangnging, itu merupakan jalan awal menuju kesuksesan.

Daeng Sangnging bukan orang yang bersekolah tinggi, ia hanya lulusan SD. Namun, ia selalu memberikan pengasuhan, didikan, dorongan, motivasi dan semangat serta nasihat kepada kedua anaknya.

Setiap pagi, sebelum pukul 5, Daeng Sangnging bangun salat subuh. Lalu bersiap-siap untuk berangkat kerja. Jarak yang ditempuh dari rumah ke FDK lumayan jauh, kurang lebih 2 km. Dia berjalan kaki pergi dan pulang. 

Dinginnya subuh, tidak menyurutkan langkahnya untuk sampai di tempat kerja. Di saat orang masih terlena untuk tidur kembali,
Daeng Sangnging sudah melangkahkan kakinya ke FDK UINAM. Semangatnya tak surut, demi agar bisa membantu perekonomian keluarga.

Setelah sampai, ia kemudian mengepel lantai koridor dan menyapu. Lalu melanjutkan pekerjaan lainnya, hingga pulang dari bekerja pada pukul 5 sore Daeng Sangnging tetap berjalan kaki.

“Kalau pulang tetap jalan kaki, tapi biasa juga ada mahasiswa yang memberi tebengan. Siapa saja itu asal mahasiswa ya saya naik,” tuturnya sambil tertawa.

Ia sendiri merasa selama ini nyaman-nyaman saja sebagai tukang bersih-bersih di fakultas. Tidak pernah ada mahasiswa, dosen, maupun staf yang menegurnya atau mencemohnya. 

“Tidak adaji keluhanku, andaikan ada tidak lamaka di sini, toh, hehehe,” ungkapnya sambil tersenyum.

Dia murah senyum dan suka menyapa. Tak heran jika hampir semua dosen, staf, dan mahasiswa FDK menyayanginya. Setiap urusan dia selesaikan dengan baik.

Di era sekarang dengan daya persaingan dan kebutuhan hidup yang tinggi, Daeng Sangnging tidak memiliki pilihan pekerjaan lain. Pendidikan terakhirnya yang hanya sampai sekolah dasar membuatnya sulit mencari pekerjaan lain. 

Walau dengan penghasilan yang pas-pasan, ia tetap bertahan pada pekerjaannya. Tak terbayangkan olehnya jika harus kehilangan
pekerjaan yang telah bertahun-tahun ia geluti. Karena pekerjaannya ini, Daeng Sangnging begitu dikenal di FDK.

Mahasiswa dan dosen sangat menghargai tugas Daeng Sangnging, karena membantu mereka untuk nyaman dalam melakukan aktivitas masing-masing. Seperti halnya yang diutarakan oleh Pak Haidir Fitra Siagian, salah satu dosen di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 

“Ya, beliau sangat berjasa buat kita. Dia juga ibuku, ibu yang membantu kami agar nyaman dalam bekerja di fakultas. Terima kasih Daeng Sangnging, ibu yang penuh perhatian,” ujar Haidir di kutip dari salah satu media online.

Harapan Daeng Sangnging, semoga terus diberi kesehatan oleh Allah SWT dan umur yang panjang. Ia pun berharap semoga kedua anaknya kelak akan sukses dan terangkat menjadi PNS.

PENULIS: RATU ZALKIAH S