Sabtu, 28 September 2019 11:16

Ratusan Santri Diselamatkan dari Pesantren yang Dijuluki 'Rumah Siksaan'

Suriawati
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Reuters
Reuters

Ratusan murid laki-laki diselamatkan dari pesantren yang dijuluki 'rumah siksaan,' di mana mereka dirantai, dilecehkan dan dipaksa menjadi budak.

RAKYATKU.COM, KADUNA - Ratusan murid laki-laki diselamatkan dari pesantren yang dijuluki 'rumah siksaan,' di mana mereka dirantai, dilecehkan dan dipaksa menjadi budak.

Pesantren itu terletak di daerah Rigasa, Kaduna, di Nigeria utara. Pihak berwenang menggerebek sekolah Islam itu setelah menerima laporan anonim.

Dan benar saja, di sana mereka menemukan lebih dari 300 murid laki-laki yang diduga telah menjadi sasaran penyiksaan, pelecehan seksual, dan dibiarkan kelaparan. Beberapa ditemukan dirantai, digantung di langit-langit dan dipukuli di ruang penyiksaan.

Polisi mengatakan bahwa para tahanan berasal dari Burkina Faso, Mali dan negara-negara Afrika lainnya.

Foto-foto dari sekolah itu menunjukkan beberapa anak mengenakan rantai kaki, dan beberapa lainnya dirantai di tangan. Foto-foto lain menunjukkan korban penyiksaan dengan bekas luka mengerikan di punggung mereka. 

Seorang korban mengatakan bahwa banyak teman-temannya telah meninggal karena disiksa.    

Kepala kepolisian negara bagian Kaduna, Ali Janga mengatakan bahwa itu adalah kasus "perbudakan manusia".

"Para korban termasuk orang dewasa dan anak-anak. mereka disimpan dalam kondisi yang paling merendahkan dan tidak manusiawi dengan alasan mengajari mereka Alquran dan merehabilitasi mereka," kata juru bicara kepolisian negara Kaduna, Yakubu Sabo. 

“Para korban dilecehkan. Beberapa dari mereka mengatakan mereka disodomi oleh guru mereka," kata Sabo.

Ia menambahkan bahwa mereka menggerebek pesantren tersebut setelah menerima sebuah informasi rahasia pada hari Kamis.

Salah seorang murid bernama Bello Hamza, 42 tahun, mengatakan kepada The Nigerian Tribune: "Saya telah menghabiskan tiga bulan di sini dengan rantai di kaki saya. Saya seharusnya mengejar gelar Master saya di Universitas Pretoria, Afrika Selatan. Saya mendapat izin untuk belajar Matematika Terapan, tetapi di sini saya dirantai."

"Mereka mengaku mengajar kami Alquran dan Islam, tetapi mereka melakukan banyak hal di sini. Mereka menundukkan yang lebih muda dengan homoseksualitas."

Polisi mengatakan, identitas para korban yang diselamatkan sedang didokumentasikan untuk menentukan asal mereka dan menghubungi keluarga mereka.

Beberapa orang tua korban dari dalam kota telah dihubungi oleh polisi. Mereka terkejut ketika melihat kondisi anak-anak mereka, karena mereka tidak pernah tahu apa yang terjadi di dalam sana.

Orang tua memang diizinkan untuk mengunjungi anak-anak mereka setiap tiga bulan di pesantren, tetapi hanya di area tertentu.

Pemilik pesantren dan enam staf ditangkap selama penggerebekan. Sang pemilik telah membantah tuduhan penyiksaan dan pelecehan seksual, tapi mengakui beberapa memang dirantai. Dia mengatakan bahwa yang mereka lakukan adalah mengajar orang-orang Islam.

"Mereka tidak melakukan apa pun selain membaca Alquran, berdoa dan menyembah Allah," katanya.

"Mereka yang dirantai adalah orang-orang yang keras kepala yang berusaha melarikan diri. Mereka yang tidak berusaha melarikan diri tidak dirantai. Beberapa dirantai sebelum dan setelah menetap, mereka dibebaskan." 

Pihak berwenang mengatakan para murid yang dibebaskan akan diberikan pemeriksaan medis dan psikologis.