RAKYATKU.COM, WASHINGTON - Penjara militer AS di Teluk Guantanamo, Kuba saat ini sudah hampir kosong. Tetapi Presiden Donald Trump secara eksplisit mengesampingkan kemungkinan untuk mengirim ribuan pejuang Negara Islam (ISIS) ke sana.
"Amerika Serikat tidak akan menempatkan ribuan orang yang telah kami tangkap di Teluk Guantánamo, menahan mereka selama 50 tahun ke depan akan menghabiskan miliaran dolar," kata Trump kepada wartawan, Jumat (20/09/2019) di Gedung Putih, bersama Perdana Menteri Australia Scott Morrison.
"Saya ingin negara-negara lain mengambil kembali para pejuang ISIS yang ditangkap," tambah Trump.
Dia menekankan bahwa banyak dari tawanan ini berasal dari negara-negara Eropa, termasuk Jerman dan Prancis.
"Dan jika mereka tidak mengambilnya kembali, kami mungkin akan menempatkan mereka di perbatasan, dan kemudian mereka harus menangkap mereka lagi."
Beberapa pejuang ISIS asing yang ditangkap di medan perang di Suriah dan Irak telah dipulangkan.
Tapi sekutu Eropa AS enggan menerima warga negara yang ditahan sebagai tawanan perang, tanpa perjanjian ekstradisi.
Ditambah lagi mereka tidak memiliki kedutaan besar di negara-negara yang dilanda perang, sehingga sulit memverifikasi kewarganegaraan mereka.
"Ini tentu tidak semudah yang mereka pikirkan di Amerika," kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas awal tahun ini.
"Warga negara Jerman memiliki hak untuk kembali, tetapi kami memiliki sedikit kemampuan di Suriah saat ini untuk memeriksa apakah warga negara Jerman benar-benar terpengaruh."
Saat ini sekitar 2.000 pejuang ISIS ditahan oleh Pasukan Pertahanan Suriah di timur laut Suriah, dengan bantuan dari pasukan militer AS.
Dalam pernyataan terpisah pada hari Jumat, Trump menuntut negara-negara lain untuk "mengambil orang-orang itu kembali, mengadili mereka, dan melakukan apa yang harus mereka lakukan terhadap mereka."
Tidak ada tahanan baru yang dikirim ke penjara Guantánamo sejak tahun terakhir pemerintahan George W. Bush. Populasi narapidana di sana dari hampir 700 pada puncaknya, dan telah berkurang menjadi 41 pada saat Trump berkuasa.
Menurut sebuah laporan yang terbitkan baru-baru ini, sebanyak $6 miliar telah dihabiskan untuk mengurung tersangka teroris.