Senin, 16 September 2019 17:59

Sepuluh Tahun Festival Pinisi Tanpa Perahu Pinisi, Dispar: "Saya Khawatir"

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Gubernur Sulsel, HM Nurdin Abdullah saat menutup Festival Pinisi di Bulukumba.
Gubernur Sulsel, HM Nurdin Abdullah saat menutup Festival Pinisi di Bulukumba.

Salah satu dari 100 kalender wisata milik Kementerian Pariwisata ialah Festival Pinisi. Event megah ini terpusat di Kabupeten Bulukumba, yang juga merupakan inisiator dan perancang perahu Pinisi yang

RAKYATKU.COM, BULUKUMBA - Salah satu dari 100 kalender wisata milik Kementerian Pariwisata ialah Festival Pinisi. Event megah ini terpusat di Kabupeten Bulukumba, yang juga merupakan inisiator dan perancang perahu Pinisi yang dikenal dunia, karena telah menjadi warisan dunia tak benda oleh Unesco.

Festival Pinisi tahun ke-10 sukses digelar. Banyak rangkaian event yang berhasil meraup Pendapatan Asli Daerah (PAD). Salah satunya, puncak kegiatan yang berpusat di Pantai Pasir Putih Bira, Sabtu (14/9/2019) malam.

Sebelumnya juga, pada karnaval pakaian hitam, sebanyak 22 ribu warga Bulukumba menyemut di Lapangan Pemuda Kota Bulukumba. Karnaval ini didorong untuk memecahkan rekor MuRI.

Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah didapuk menutup puncak acara. Hadir pula tamu kementerian seperti, Asdep Pengembangan Pemasaran 1 Regional III Kementerian Pariwisata, Ricky Fauziyani mewakili Menteri Pariwisata, Staff Ahli Menteri Bidang SDM Kemenkomaritim Laksda TNI ( Purn) Agus Purwoto. Wa Aspotmar Kasal Laksma, Ferial, dan juga Deputi Pencegahan dan Rencana BNPB Lilik Kurniawan.

"Dari festival Pinisi 2018 lalu, pasti ada sesuatu yang berkembang. Festival Pinisi yang ke-11 nantinya. Pantai Bira akan semakin cantik, baik dan banyak sektor ekonomi yang akan berkembang. Saya support penuh Bupati untuk menata Bira, karena sudah menjadi aset nasional bahkan aset dunia," puji NA saat itu.

Nurdin bahkan mengaku, Bira adalah daerah yang cantik, tapi akses sangat penting. Tahun depan pembebasan lahan bandara telah selesai, Bulukumba akan segera memiliki Bandara Wisata.

"Kita akan bangun konektivitas. Insyaallah Sulsel, karena pariwisata salah satu yang akan mendorong soal pengentasan kemiskinan, pengangguran. Restoran, pasar, dan hotel penuh. Lapangan kerja pasti tercipta," jelasnya.

Secara keseluruhan, Festival Pinisi sukses digelar. Namun masih menyisahkan sejumlah cerita. Salah satunya, Pemerintah Daerah (Pemda) Bulukumba masih harus menyewa kapal Pinisi, untuk menyukseskan festival ini. Ini menjadi sangat penting, karena Pinisi merupakan ikon Bulukumba di dunia dan telah diakui melalui Unesco.

Salah satu rangkaian kegiatannya menggunakan kapal Pinisi ialah ritual 'Anynyorong Lopi' atau menurunkan perahu ke laut.  Pada pelaksanaan Festival Pinisi ke 10 tahun ini, pemda Bulukumba kembali menggelontorkan puluhan juta rupiah, untuk menyewa pinisi.

"Sebenarnya Rp45 juta sewanya, cuman kita minta tolong, jadi kita diberikan sewa seharga Rp15 juta. Ditambah kapal-kapal kecil. Yang ini (Kapal kecil) sekitar Rp400 ribuan per-kapalnya," kata Ali Saleng, Kadis Pariwisata Bulukumba, Senin (16/9/2019.

Pengusulan anggaran Rp1,4 miliar untuk pengadaan kapal Pinisi, sejatinya telah dilakukan. Meski dengan anggaran sebesar itu, kapal yang bisa didapatkan hanya berukuran kecil, sehingga rencana tersebut dibatalkan.

"Saya juga prihatin dengan hal tersebut, pasalnya Bulukumba dikenal sebagai 'Butta Panrita Lopi' alias tempatnya para ahli pembuat kapal," tambah, Ali Saleng.

Tahun 2020 mendatang, Festival Pinisi kembali akan digelar, mengusung tema 'Pinisi Pulang Kampung'. Yang dilakukan Pemda Bulukumba saat ini ialah, Festival Pinisi bisa masuk tangga ke-10 Event Wisata Nasional.

"Kita akui, masih banyak kekurangan untuk Festival Pinisi tahun ini. Insyaallah tahun depan akan lebih baik. Kita seluruh OPD bisa saling membantu, karena ini bukan hanya event Dispar, tapi Bulukumba punya. Target kita masuk Top 10, namun saya masih ragu, kalau kita tidak bekerja kolektif," jelasnya.