Sabtu, 14 September 2019 12:15

Mantan Rekan Cekik Ibu hingga Tewas, Putra 10 Tahun Telepon Polisi, "Mama Sudah Mati"

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Mansingh dan Ny Farman
Mansingh dan Ny Farman

Kamlesh Mansingh (27) tertunduk. Di Mahkamah Agung Mauritius di Port Louis, dia mengakui kesalahannya. 

RAKYATKU.COM, MAURITIUS - Kamlesh Mansingh (27) tertunduk. Di Mahkamah Agung Mauritius di Port Louis, dia mengakui kesalahannya. 

Dia membunuh mantan rekan kerjanya asal Skotlandia, Janice Farman (47), dengan cara mencekiknya, selama perampokan di rumahnya di Mauritius.

Peristiwa itu terjadi Juli 2017. Malam itu, Janice Farman, tengah bersama putranya Gavin yang berusia 10 tahun, di kamar rumahnya, di salah satu pulau di Samudra Hindia itu.

Ketika Mansingh masuk bersama dua rekannya, Ravish Rao Fakhoo (27), dan Anish Soneea (20). Mereka mengenakan sabo penutup kepala. Awalnya mereka hanya hendak merampok Ny Farman.

Sebagai rekan kerja, Mansingh tahu betul Ny Farman hanya tinggal berdua dengan putranya malam itu. Atas dasar itu, dia kemudian menyusun rencana untuk merampok harta bendanya.

Namun saat masuk ke dalam kamar, Ny Farman mengenalinya. Saat itulah Mansingh menyuruh Fakhoo dan Soneea memegang tangan Ny Farman. Sementara Mansingh mengambil kawat dan melilitkan ke leher korban.

Itu tak luput dari pandangan Gavin. Dari persembunyiannya, Gavin melihat bagaimana ibunya menghadapi sakaratul maut. Ibu sempat melihat ke arah persembunyian Gavin sebelum kemudian kehabisan napas dengan mulut mengeluarkan darah.

Usai mengambil perhiasan korban, ketiga perampok melarikan diri. Sepeninggal perampok, Gavin keluar dan menelepon layanan darurat.

"Mama sudah mati, ada darah dari mulutnya," ujar Gavin di telepon.

Layanan darurat segera ke lokasi. Mereka menemukan Ny Farman sudah tidak bernyawa. Di dekatnya, Gavin terus menangis.

Pemeriksaan post-mortem menemukan, dia meninggal akibat sesak napas yang disebabkan oleh kompresi leher. 

Berbekal informasi Gavin, ketiga pelaku berhasil ditangkap. 

Jaksa penuntut di Mauritius telah mengkonfirmasi, bahwa ketiga tersangka kini telah mengakui keterlibatan mereka dalam kematian.

Mansingh mengaku bersalah atas pembunuhan saat sidang di Mahkamah Agung Mauritius di Port Louis awal pekan ini.

Ravish Rao Fakhoo, mengaku bersalah atas tuduhan menyerang Nyonya Farman tanpa niat untuk membunuh. Orang ketiga, Anish Soneea, mengaku membantu dan bersekongkol dengan Mansingh dalam membunuh ekspatriat itu.

Ny Farman, dari Clydebank, Dunbartonshire, pindah ke Mauritius pada tahun 2002, dan menjabat sebagai direktur pelaksana perusahaan IT PECS Data Services. Dia pindah ke Albion di pantai barat pulau itu hanya beberapa bulan sebelum dia terbunuh.

Mansingh memberi tahu polisi bahwa dia telah bertemu Ny. Farman ketika mereka bekerja di sebuah perusahaan periklanan di pulau itu. Mereka kehilangan kontak ketika Nyonya Farman meninggalkan perusahaan, tetapi bertemu lagi pada tahun 2017 dan Mansingh dan Fakhoo telah bersosialisasi dengannya di minggu-minggu menjelang kematiannya.

Setelah mengalami kesulitan keuangan, mereka menyusun rencana untuk mencuri mobilnya dan barang-barang lainnya dari rumahnya sambil mengenakan topeng.

Seorang jurubicara Direktur Penuntutan Publik di Mauritius mengatakan, tuduhan resmi pembunuhan dengan fitur-fitur yang memberatkan diajukan terhadap pihak-pihak yang dituduh Mansingh dan Fakhoo, sedangkan tuduhan membantu dan bersekongkol keduanya diajukan terhadap Soneea di hadapan Mahkamah Agung.

Fakhoo mengaku bersalah atas tuduhan luka dan pukulan yang menyebabkan kematian tanpa niat untuk membunuh. Mansingh mengaku bersalah atas tuduhan pembunuhan dan Sonnea karena membantu dan bersekongkol dengan Mansingh atas perintah pembunuhan.

Ketiga pria itu akan dijatuhi hukuman di kemudian hari.

Layanan pemakaman Nyonya Farman diadakan di Gereja St Augustin di wilayah Riviere Noire di pulau itu.

Dalam sebuah surat yang dibacakan di pemakaman, orang tuanya Doreen dan Alexander Kerrigan mengatakan, "Kami dan Janice berbicara tentang fakta, kami ingin dikremasi dan dia selalu menyatakan ingin dikremasi juga. Kami tidak pernah berpikir bahwa dia akan mendahului kami."

"Kami berharap dan berdoa semoga keinginannya untuk dikremasi dilaksanakan dengan bermartabat dan hormat yang layak diterimanya, dan bahwa guci berisi abunya diberikan kepada putra kesayangannya, cucu lelaki kami," lanjutnya.

Mr Kerrigan, seorang mantan perwira polisi, dan istrinya, dari Erskine, Renfrewshire, menemukan kematian putri mereka di media sosial dan tidak dapat menghadiri pemakamannya karena kesehatan yang buruk.