Sabtu, 31 Agustus 2019 16:22

"Papua adalah Kita dan Kita adalah Papua," Jenggala Ungkap Hubungan Historis Makassar-Papua

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Syamsuddin Radjab
Syamsuddin Radjab

Pakar Hukum Tata Negara (HTN) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), yang juga Dirketur Jenggala Centre, Dr Syamsuddin Radjab SH MH mengatakan, Papua adalah bagian dari Indonesia. 

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Pakar Hukum Tata Negara (HTN) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), yang juga Dirketur Jenggala Centre, Dr Syamsuddin Radjab SH MH mengatakan, Papua adalah bagian dari Indonesia. 

Menurut pria yang akrab disapa Olleng ini, pada awal berdirinya negara kesatuan republik Indonesia (NKRI), Papua sudah menjadi wilayah yang tak terpisahkan dengan Indonesia dalam ketetapan sidang BPUPKI pada 14 Juli 1945. 

Dikuatkan dengan New York Agreement pada 15 Agustus 1962 berupaya penyerahan Belanda kepada pemerintah Indonesia sebagai bagian dari wilayah NKRI, melalui fasilitasi PBB dan yang terakhir hasil referendum penentuan pendapat rakyat (Pepera) 1969 masyarakat Papua, yang ingin melepaskan diri penjajah Belanda dan bergabung dengan Indonesia.

Secara historis, budaya dan ekonomi, masyarakat Makassar mempunyai peran penting untuk membebaskan Papua dari cengkraman penjajah Belanda, melalui operasi Mandala yang berpusat di Makassar dan akulturasi budaya Makassar dan Papua serta kemajuan ekonomi yang dipelopori para pedagang dari Makassar. 

Monumen pembebasan Irian Barat kata Olleng, saat ini masih berdiri di Jalan Jenderal Sudirman, Makassar. 

"Kala itu, Makassar atau Sulsel menjadi punggung perjuangan untuk membebaskan Irian Barat," kata Direktur Jenggala Center ini, Sabtu (31/8/2019). Jenggala Center adalah lembaga think thank bentukan dari Jusuf Kalla.

Selain itu, suku Makassar, Bugis, Toraja dan Mandar adalah pembangun dasar ekonomi dari Papua dan Papua Barat. 

"Itu sangat jelas kita bisa lihat pembangunan ekonomi di Manokwari, Jayapura, Wamena, Puncak Jaya dan daerah lainnya. Pokok katanya, dari sepanjang pesisir hingga pegunungan sumbangsi masyarakat Sulsel sangat berperan penting,” katanya. 

Bahkan, lanjut Syamsuddin, sepanjang garis perbatasan dengan Papua Nugini, sektor pendidikan dan ekonomi sangat ditopang dengan para perantau yang berasal dari Sulawesi Selatan, baik sebagai guru, pedagang dan pekerja lainnya di sektor non-formal yang memajukan Papua.

“Papua adalah kita, dan kita adalah Papua,” tutupnya.