RAKYATKU.COM, GOWA - Sejumlah masyarakat di Kabupaten Gowa sudah tidak bisa lagi mengharapkan hasil pertaniannya akibat musim kemarau. Mereka terpaksa memanfaatkan tanaman di sekitar lahan persawahannya, seperti bambu untuk ditebang lalu dijual.
Seperti yang dialami oleh Daeng Thohir, Warga Borong Bulo Kecamatan Bontolempangan. Lahan sawahnya yang sudah sangat kering sejak beberapa bulan terakhir, harus banting setir demi bisa menghidupi keluarganya.
Thohir menebang bambu yang berada dekat dengan lahan sawahnya, untuk dijual ke masyarakat yang berada di dalam, maupun dari luar kampung Borong Bulo. Namun sayang, harga pasaran bambu tersebut dia anggap terlalu murah dan tidak cukup untuk menutupi biaya transportasi dan tenaga yang telah ia keluarkan.
"Sawah kami semua sudah kering jadi kami jualan bambu. Satu bambu yang berukuran kecil kami jual dengan harga Rp2.500 per batang. Sedangkan yang besar dengan harga Rp5.000 rupiah per batang. Agar laku terjual, saya harus naik turun gunung untuk bisa sampai di pusat keramaian. Kadang juga saya jual sampai ke Makassar. Medannya berat jadi biaya transport juga tinggi," katanya saat ditemui Rakyatku.com, Selasa (13/8/2019).
Ia akan menebang bambu sesuai dengan jumlah pesanan yang ia terima. Selain itu, dirinya mengaku tidak setiap hari ia terima pesanan.
Meski tak setiap hari, Daeng Thohir kadang menerima pesanan dari warga yang satu kampung dengan dirinya. Dan dengan alasan orang sekampung, Daeng Thohir biasa menjual bambu miliknya dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga yang ia patok sebelumnya.
Meski keuntungan yang ia dapat sedikit, ia tetap bersyukur. Karena menurut Thohir, jika pembelinya adalah orang yang sekampung, ia yakin bahwa kelak pembeli tersebut akan membantu dirinya jika sedang membutuhkan bantuan.
Selain itu, Thohir pun mengakui, kurangnya pembeli bambu yang datang ke Borong Bulo, ia keluhkan sejak lama. Pasalnya, kondisi jalan yang sudah sangat memperihatinkan yang berada di atas pegunungan dan terpelosok.
"Kurangnya pembeli luar masuk ke sini karena jalannya yang sulit karena kondisi jalan menuju kampung kami rusak sejak lama dan belum ada perbaikan. Apalagi kalau sedang musim hujan. Jalanan pasti berubah jadi lumpur. Hasil dari jualan bambu kami juga tidak seberapa," tambahnya.
Ia berharap, adanya bantuan dari pemerintah Kabupaten Gowa untuk memperbaiki jalan tersebut segera dikerjakan. Terlebih, musim kemarau yang melanda daerahnya sejak beberapa bulan lalu, memaksa dirinya untuk berjualan bambu dan memaksanya harus naik turun gunung untuk menjualnya.