RAKYATKU.COM - Seorang pria berusia 28 tahun di Jepang diduga meninggal setelah berjemur di halaman belakang rumahnya. Dia adalah korban terakhir yang disebabkan oleh gelombang panas baru-baru ini di Jepang.
Menurut ibu dari lelaki itu, sudah menjadi kebiasaan anaknya untuk sesekali menangkap sinar matahari di luar rumah mereka untuk berjemur, dikutip dari Soranews24, Jumat (9/8/2019).
Ketika paramedis tiba, diketahui bahwa pria itu menderita serangan jantung. Dia segera dilarikan ke rumah sakit tetapi upaya untuk menyelamatkannya kembali sia-sia karena mereka datang terlambat.
Pria itu meninggal sekitar 40 menit setelah ibunya menemukannya. Dokter telah menghubungkan kematiannya dengan efek heatstroke.
Di Jepang, suhu siang hari di musim panas sering berkisar dari 89 hingga 93 derajat Fahrenheit, yang masih relatif lebih dingin daripada musim panas di beberapa kota di barat daya Amerika yang dapat melampaui 100 derajat Fahrenheit.
Pada hari kejadian, suhu tercatat 93,6 Fahrenheit atau setara 33 Celcius dan 90,9 Fahrenheit pada jam 3 sore, berdasarkan catatan cuaca yang diperoleh.
Tidak diketahui persis berapa lama pria itu berjemur sebelum menderita serangan jantung. Kelembaban tinggi Jepang juga dipandang sebagai faktor penyebab kematian pria itu karena juga dapat menyebabkan stroke panas dan mempercepat dehidrasi.
Gelombang panas yang menghukum juga mengakibatkan rawat inap di 68 orang yang menderita stroke panas di Prefektur Aichi pada hari yang sama pria berjemur itu meninggal.
Seminggu sebelumnya, 57 telah meninggal dan 18.000 dibawa ke rumah sakit dari 29 Juli hingga 4 Agustus, berdasarkan angka dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Kebakaran.