RAKYATKU.COM - Turki dan Amerika Serikat telah sepakat untuk mendirikan pusat operasi bersama untuk mengoordinasikan dan mengelola pengaturan zona aman di Suriah bagian utara.
Kesepakatan itu datang setelah tiga hari negosiasi yang intens antara para pejabat dari dua sekutu NATO di ibukota Turki, Ankara, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (8/8/2019).
Sebuah pernyataan bersama oleh kementerian pertahanan Turki dan kedutaan besar AS di Ankara mengatakan kedua pihak telah sepakat untuk mendirikan pusat operasi yang berbasis di Turki "sesegera mungkin" dan bahwa zona aman "akan menjadi" koridor perdamaian ", tanpa memberikan detail lebih lanjut.
Ia menambahkan bahwa delegasi telah sepakat untuk membahas "implementasi cepat dari langkah-langkah awal untuk mengatasi masalah keamanan Turki", menambahkan bahwa "setiap upaya harus dilakukan agar warga Suriah yang terlantar dapat kembali ke negara mereka".
Pernyataan itu tidak menyebutkan secara spesifik bagaimana dan kapan zona itu akan dibuat, tetapi itu untuk mencegah, untuk sementara waktu, operasi Turki yang terancam ke wilayah timur Sungai Efrat di Suriah.
Suriah Timur Laut saat ini berada di bawah kendali Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi yang didukung AS, sebagian besar terdiri dari Unit Perlindungan Rakyat (YPG).
Turki menganggap YPG sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan ( PKK ) yang dilarang , yang meluncurkan kampanye bersenjata melawan negara 35 tahun lalu.
Turki selama berminggu-minggu telah mendesak untuk membangun zona dalam 30-40km di dalam wilayah Suriah, mengusahakan pemindahan YPG dari daerah itu dan penghancuran terowongan dan benteng mereka.
AS, di sisi lain, telah mencoba membatasi zona aman hingga 10 km.
Sebelum berakhirnya pembicaraan, Pertahanan Turki Hulusi Akar menegaskan kembali tuntutan tersebut dan mengatakan Turki siap untuk melancarkan operasi ke Suriah utara.
"Rencana kami, persiapan, penyebaran unit kami di lapangan semuanya lengkap. Tapi kami mengatakan kami ingin bertindak bersama dengan teman dan sekutu kami, Amerika Serikat," katanya.
Akar menambahkan bahwa Turki mengharapkan AS untuk mengakhiri dukungannya terhadap YPG, yang telah menjadi sekutu utama Washington dalam perang melawan Negara Islam Irak dan kelompok bersenjata Levant ( ISIL atau ISIS).