Senin, 29 Juli 2019 11:02

Serangan di Rumah Sakit Libya, 5 Dokter Tewas

Andi Chaerul Fadli
Konten Redaksi Rakyatku.Com
FOTO: Mahmud Turkia / AFP
FOTO: Mahmud Turkia / AFP

Serangan udara oleh pasukan loyalis komandan militer Khalifa Haftar di dekat ibukota Libya menewaskan lima dokter. Hal ini telah dikonfirmasi Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB.

RAKYATKU.COM - Serangan udara oleh pasukan loyalis komandan militer Khalifa Haftar di dekat ibukota Libya menewaskan lima dokter. Hal ini telah dikonfirmasi Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB.

"Rumah sakit lapangan yang terletak di jalan bandara (Tripoli selatan) dilanda serangan udara," kata juru bicara kementerian kesehatan Lamine al-Hashemi, dikutip dari Al Jazeera, Senin (29/7/2019).

"Lima dokter tewas dan tujuh orang lainnya, termasuk tim penyelamat, terluka" dalam serangan hari Sabtu yang menurut al-Hashemi dilakukan oleh "pesawat perang Haftar".

Jenderal itu, yang Tentara Nasional Libya-nya (LNA) menikmati dukungan Perancis, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Rusia, melancarkan serangan pada awal April untuk merebut kendali Tripoli.

Pasukan Pro-GNA melewati serangan awal dan sejak itu pertempuran tetap menemui jalan buntu di pinggiran ibukota, dengan kedua belah pihak melakukan serangan udara dalam beberapa hari terakhir.

Tidak ada konfirmasi atau penolakan tanggung jawab langsung dari pasukan Haftar.

"Sejak awal kampanye Haftar pada bulan April, fasilitas medis, termasuk rumah sakit lapangan dan ambulan, telah rentan," kata Mahmoud Abdelwahed dari Al Jazeera, melaporkan dari lokasi ledakan di dekat Tripoli.

"Para pekerja medis menunjukkan kepada kami sisa-sisa roket berpemandu yang mengenai fasilitas itu. Mereka mengatakan bahwa itu kemungkinan besar diluncurkan dari sebuah drone. Kami memahami bahwa drone Emirati telah mendukung pasukan Haftar sejak awal pertempuran."

Serangan hari Sabtu adalah yang ketiga untuk menargetkan rumah sakit di selatan Tripoli.

Pada 16 Juli, tiga dokter dan seorang paramedis terluka dalam serangan udara di Rumah Sakit Swani di dekat ibukota, yang kedua kalinya menjadi sasaran.

Organisasi Kesehatan Dunia  (WHO) dan kelompok hak asasi telah berulang kali meminta kedua belah pihak dalam konflik untuk cadangan tenaga medis, klinik dan rumah sakit.

Pertempuran sejak April telah menewaskan hampir 1.100 orang dan melukai lebih dari 5.750, menurut WHO. Lebih dari 100.000 warga sipil telah meninggalkan rumah mereka.