Sabtu, 20 Juli 2019 09:05

Dosennya Tak Tahu Bisindo, Mahasiswa UNM Ini dengan Tulus Ingin Mengajarkan

Ibnu Kasir Amahoru
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Nisria Nurul Magfirah.
Nisria Nurul Magfirah.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Biasa UNM, Nisria Nurul Magfirah berniat dan setulus hati ingin mengajarkan kepada dosennya tentang bahasa isyarat Indonesia (Bisindo).

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Biasa UNM, Nisria Nurul Magfirah berniat dan setulus hati ingin mengajarkan kepada dosennya tentang bahasa isyarat Indonesia (Bisindo).

Pasalnya, Anggi -sapaan karib mahasiswa penyandang disabilitas tuli ini- sejak pertama kali masuk di kampus pencetak guru ini tidak pernah merasakan proses perkuliahan dengan baik. Sebab, dosennya tidak satupun tahu menggunakan Bisindo. 

Dengan berat, Ia harus meminta bantuan kepada temannya untuk mengetahui apa yang disampaikan dosennya. Sementara gadis berlesung pipi ini takut terlalu sering bertanya karena merasa mengganggu rekannya yang juga sedang fokus memperhatikan penjelasan dosen.

"Di dalam kampus maupun di kelas, saya diterima dengan baik oleh teman-teman non disabilitas. Bahkan saya dibantu menerjemahkan apa yang disampaikan oleh dosen. Tapi saya juga berat kalau terlalu sering bertanya karena mengganggu teman. Kalau ada penerjemah atau interpreter saya bisa mandiri belajar," katanya kepada Rakyatku.com, Sabtu (20/7/2019

Meski begitu, Anggi tidak menyerah begitu saja. Ia berniat mulia dan hati yang tulus  mengajarkan kepada dosennya bahasa pengantar untuk orang-orang berkebutuhan khusus ini atau biasa disebut tuna rungu.

"Dosen-dosen saya yang tergolong senior (tua) di PLB sulit menggunakan bahasa isyarat. Tapi saya berniat untuk mengajarkan kepada dosen saya yang masih mudah di PLB menggunakan bahasa isyarat," ungkapnya.

Anggi berharap kepada pihak kampusnya agar diberi fasilitas informasi, terkhusus kepada empat rekannya yang juga disabilitas tuli dengan menghadirkan penerjemah atau interpreter.

"Saya sangat berharap semoga pihak kampus bisa memberikan akses informasi terlebih lagi kepada mahasiswa disabilitas tuli untuk menyediakan interpreter, apalagi di jurusan PLB,' pintanya dengan wajah penuh harap.

Selain itu, Anggi bercita-cita usai menyelesaikan studi menjadi pengajar untuk orang-orang penyandang disabilitas.

"Sekalipun saya memiliki hambatan disabilitas tuli, saya bertekad akan mengamalkan ilmu yang saya dapatkan di kampus, khususnya kepada teman-teman disabilitas nanti," pungkasnya.