Minggu, 07 Juli 2019 21:46

Disebut Bakal Jadi Dubes, Syamsul Bahri: Saya Tidak Pernah Meminta Jabatan

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Anggota Komisi IX DPR RI, Syamsul Bahri
Anggota Komisi IX DPR RI, Syamsul Bahri

Politikus senior Partai Golkar, Syamsul Bahri mengorbankan kepentingan pribadi pada Pemilu Legislatif 2019 demi Jokowi-Ma'ruf Amin. Konsekuensinya, dia gagal kembali ke DPR RI.

RAKYATKU.COM - Politikus senior Partai Golkar, Syamsul Bahri mengorbankan kepentingan pribadi pada Pemilu Legislatif 2019 demi Jokowi-Ma'ruf Amin. Konsekuensinya, dia gagal kembali ke DPR RI.

Beban sebagai ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma'ruf di Sulsel membuat Syamsul nyaris tidak punya waktu untuk mengampanyekan dirinya sendiri di Dapil Sulsel 2 yang meliputi sembilan kabupaten/kota.

"Kali ini tidak ada baliho. Tidak ada kampanye malah," kata Syamsul Bahri di Makassar, Minggu (7/7/2019).

Kerja keras Syamsul Bahri tidak sia-sia. Pasangan Jokowi-Ma'ruf mampu meraih suara 2.117.591 atau 42,97 persen. Walau tidak memenuhi target untuk menang di Sulsel, hasil itu sudah sangat bagus.

Pasangan Prabowo-Sandiaga Uno yang awalnya diprediksi mampu meraih kemenangan hingga 62 persen, tidak terbukti. Pasangan 02 tersebut hanya meraih 2.809.393 atau 57,02 persen.

Nah, pengorbanan itu yang membuat Syamsul Bahri gagal ke DPR RI. Namun, dia tak menyesal. Dia tetap ikut berkontribusi atas dua kursi Golkar di Dapil Sulsel 2. Anggota Komisi IX DPR RI mengaku sejak awal sudah tidak ingin maju caleg. Namun, "dipaksa" oleh partai.

Syamsul Bahri akan mengakhiri pengabdian di DPR RI setelah 22 tahun, pada September 2019. Dia pertama kali menjadi anggota DPR RI pada tahun 1997 dan terus terpilih hingga periode 2014-2019. Sebelum masuk parlemen, dia meniti karier sebagai PNS di Kementerian Perindustrian.

Pria kelahiran Sengkang, Wajo ini punya cerita menarik jelang jatuhnya Presiden Soeharto. Dia bahkan bagian dari sejarah. Pada 1997 ketika baru jadi anggota DPR RI, Syamsul didaulat membacakan sikap Fraksi Golkar dalam sidang paripurna.

Kala itu, situasi negara mulai genting. Demo penolakan kenaikan harga BBM terjadi di mana-mana. Golkar yang menjadi partai penguasa dihadapkan pada posisi sulit; mengamankan kebijakan Soeharto atau memperjuangkan kepentingan rakyat.

Golkar memilih opsi kedua, meminta Presiden Soeharto mencabut keppres tentang kenaikan harga BBM. Persoalannya, legislator senior Golkar tidak ada yang berani membacakan pandangan fraksi itu.

Akhirnya, ditunjuklah Syamsul Bahri. Dia salah satu legislator termuda Fraksi Golongan Karya saat itu. Baru 41 tahun. Sikap itu menguatkan perjuangan rakyat untuk menggulingkan Soeharto.

Usai membacakan pandangan fraksi, Syamsul Bahri keluar ruangan paripurna, hendak buang air. Rupanya, di luar ruangan sudah dikuasai demonstran. Begitu dia keluar, langsung "diculik" demonstran.

"Bagaimana sikap Fraksi Golongan Karya?" tanya demonstran.

Dengan tegas, Syamsul Bahri menyatakan bahwa fraksinya mendesak Soeharto untuk mencabut keppres. Jawaban itu langsung disambut gembira para mahasiswa dan aktivis yang mengepung kantor DPR RI.

Bakal Jadi Dubes?

Mantan wakil ketua Komisi IX itu sarat pengalaman. Dikenal low profile, Syamsul Bahri juga termasuk politikus senior yang pandai merawat pertemanan. Itu jadi salah satu kunci mengapa dia tidak pernah terdepak dari DPP Golkar hingga sekarang.

Ketua umum Partai Golkar sudah berganti beberapa kali. Syamsul Bahri selalu masuk dalam jajaran pengurus harian. Termasuk ketika Airlangga Hartanto ditunjuk untuk menggantikan Setya Novanto.

Loyalitas dan kesungguhan pada tugas yang dibebankan adalah kuncinya. Dia mengaku selalu berusaha menjalankan tugas dengan semaksimal mungkin. Itu sebabnya, dia selalu mendapat kepercayaan.

Selama puluhan tahun menjadi anggota DPR RI, Syamsul Bahri berhasil memfasilitasi sejumlah program dan proyek ke Sulsel. Mulai gedung sekolah, rumah sakit, hingga yang lainnya. Namun, tak satu pun yang diklaim.

"Tiba-tiba saja ada sekolah di hutan, rumah sakit di pulau. Saya tidak pernah menyampaikannya bahwa itu karena saya. Saya juga tidak pernah meminta dipilih," ujar Syamsul Bahri.

Lalu, apa yang akan dilakukan pria berkacamata ini setelah pensiun dari DPR? Syamsul disebut-sebut masuk nominasi sebagai calon duta besar (dubes).

"Saya orang yang tidak pernah meminta-minta jabatan. Semua mengalir saja," kata mantan ketua PPK Kosgoro 1957 itu.