Sabtu, 01 Juni 2019 13:02

Mata Indah dari Balik Tirai, Begini Kisah Cinta Ani dan SBY

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ani Yudhoyono dan SBY saat masih muda.
Ani Yudhoyono dan SBY saat masih muda.

Ibu Negara ke-6, Kristiani Herrawati atau yang akrab disapa Ani Yudhoyono, hari ini berpulang. Politisi Demokrat, Andi Arief dalam Twitternya menginformasikan kabar duka itu. "Innalillahi wainnailaihi

RAKYATKU.COM - Ibu Negara ke-6, Kristiani Herrawati atau yang akrab disapa Ani Yudhoyono, hari ini berpulang. Politisi Demokrat, Andi Arief dalam Twitternya menginformasikan kabar duka itu. "Innalillahi wainnailaihi rojiun, bu Ani telah meninggal dunia pada 11.50 waktu singapura," cuit Andi Arief dalam akun twitternya.

Sejak masuk RS  National University Hospital (NUH), Singapura, sang suami, Susilo Bambang Yudhoyono(SBY) tak pernah lepas dari sisinya.

Pasangan ini, memang dikenal sebagai pasangan yang sangat romantis. Kisah cinta mereka, abadi di dalam sebuah bukur berjudul "Kepak Sayap Putri Prajurit" yang ditulis Alberthiene Endah pada 2010.

Saat itu, awal 1973. Ani libur kuliah, ketika mengikuti ayahnya, Sarwo Edhie Wibowo, Gubernur AKABRI kala itu, sedang meresmikan barak taruna di Magelang.

Pandangan Ani terantuk pada sesosok prajurit bertubuh jangkung. Wajahnya sangat tampan dan gagah. Hati Ani sudah berdesir kala itu.

Keesokan harinya, prajurit jangkung itu datang ke rumah Ani. Pria itu adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Hari itu, dia dipanggil menghadap oleh Sarwo Edhie Wibowo, ayah Ani.

Saat itu, Ani yang membuka pintu. Ani terpana. Saat itulah mereka berkenalan.

Pertemuan itu membuat Ani grogi. Dia lantas masuk memberi tahu ayahnya. Saat sang ayah menemui SBY, mata indah Ani mengintip dari balik kain gorden.

"Dia memiliki tubuh atletis, langsing, sorot mata nya juga teduh. Sikapnya tenang, tutur katanya sopan, teratur dan terkonsep. Sosok taruna itu sangat menarik. Saat itu, terasa getaran hatiku," ungkap Ani.

SBY kembali datang bertandang keesokan harinya. Kali ini, Ani bisa berbincang cukup lama dengan SBY. Di situlah satu sama lain menyatakan cinta.


Saat Ani kembali ke Jakarta untuk kuliah, seluruh hatinya tertinggal di Magelang, bersama SBY.

"Tidak bisa dipungkiri, aku dan SBY jatuh cinta pada pandangan pertama. Tidak tahu siapa yang dulu suka, yang pasti sejak pertemuan di Magelang, surat-surat SBY mengalir deras, di antaranya dia menyatakan cinta," terang Ani.

Sejak mengungkapkan cinta, Ani dan SBY rajin berkirim surat. Tiap mendengar suara tukang pos, Ani berlari secepat kilat mengambil surat. Menurutnya, surat-surat SBY selalu membuat Ani melayang.

"Melalui surat kami saling mencurahkan hati, saling menceritakan kondisi dan latar belakang kami," tuturnya.

Meski sebagai prajurit, SBY adalah sosok pria romantis. Dia sering mengirim puisi untuk Ani. Salah satu yang paling membuat Ani terkesan, berjudul Flamboyan.

Pada tahun 1974, ayah Ani Letnan Jenderal (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo ditugaskan menjadi duta besar di Korea Selatan. Saat itu, hati Ani bergemuruh karena harus berpisah dengan pujaan hatinya, SBY.

Ayah Ani menangkap kegelisahan putrinya, dia menyarankan agar Ani bertunangan dengan SBY sebelum terbang ke Seoul.

"Ternyata tanpa sepengetahuan aku, saat SBY diwisuda menjadi perwira terbaik AKABRI 1973, orangtua SBY sudah melamar, sungguh aku terharu," katanya.

Perpisahan dengan SBY sempat membuat Ani menangis. Antara sedih harus berpisah dan terharu karena akhirnya dipersatukan lewat tunangan.

Selama 1,5 tahun berpisah dengan SBY, membuat Ani rindu dan ragu. Kerinduan yang hebat membuat Ani menangis, dia takut jarak dan waktu akan membuat perasaan SBY berubah.

Keraguan Ani terjawab saat sepucuk surat SBY dikirimkan khusus untuk Papi.

"Sore itu, tanpa sengaja aku melihat Papi menangis sambil membaca surat. Papi pun memergoki aku dan menerangkan bahwa surat tersebut dari SBY. Dalam surat tersebut, SBY mengabarkan bahwa dia sudah punya penghasilan cukup dan siap menikahiku," papar Ani.

Sesuatu yang mengejutkan terjadi di bulan Juli 1975, ternyata tidak hanya Ani yang menikah, namun orangtua ingin menikahkan ketiga putrinya sekaligus yaitu Wrahasti Cendrawasih (Titiek) dan Mastuti Rahayu (Tuti).

Namun, pernikahan tiga anak sekaligus membuat keluarga besar Ani kuatir, sebab hanya Sultan saja yang berani menikahkan tiga anak sekaligus.

Untuk menghindari hal-hal buruk, kerabat Ani menyarankan agar membuat nasi tumpeng penolak bala dengan berbagai persyaratan.

Meski cukup merepotkan, namun pernikahan yang terjadi pada 29 sampai 31 Juli tersebut berjalan lancar.

"Malam itu benar-benar malam penuh cerita. Rasa haru, bahagia, berbaur menjadi satu. Menyaksikan orangtua kami tertawa lebar di antara tamu terlihat ceria mendatangkan rasa haru. Jemariku menggenggam erat lengan SBY, mataku memandang sosok tinggi, gagah disampingku. Sekarang aku telah menjadi istrinya, aku sangat bahagia," ungkap Ani sebagaimana dikutip kembali dari IDNTimes.