Rabu, 01 Mei 2019 07:00

Ibu Kota Negara Mau Dipindahkan, Bagaiamana Nasib Jakarta?

Fathul Khair Akmal
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Kota Jakarta (Foto: Jawa Pos)
Kota Jakarta (Foto: Jawa Pos)

Pemindahan ibu kota baru, tentu akan menyisahkan bayangan soal nasib Jakarta nanti. Namun, Jakarta diharapkan akan bertransformasi menjadi kota modern.

RAKYATKU.COM - Pemindahan ibu kota baru, tentu akan menyisahkan bayangan soal nasib Jakarta nanti. Namun, Jakarta diharapkan akan bertransformasi menjadi kota modern.

"Kita akan tetap dukung apa yang sudah dibangun di Jakarta. Kita pindahkan ibu kota bukan buat menyaingi Jakarta, kok. Lihat contoh Washington DC, apakah DC menyaingi New York? Pusat bisnis tersibuk, kan, tetap New York. Karena DC tidak didesain jadi seramai New York. Jadi, Jakarta tetap akan dikembangkan," ungkap Menteri PPN/Bappenas, Bambang Brodjonegoro, Selasa (30/4/2019).

Menurut Bambang, Jakarta tetap harus dibangun karena Indonesia butuh urbanisasi. Urbanisasi dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Tiap 1 persen urbanisasi, lanjutnya, akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dunia rata-rata sebesar 3 persen. Namun di Indonesia, imbas tiap 1 persen urbanisasi hanya memberi kontribusi 1,4 persen pada pertumbuhan ekonomi, karena masih buruknya layanan dasar dan infrastruktur perkotaan.

Sementara, rencana ibu kota pindah dirancang untuk fokus membangun ekosistem pemerintahan serta beberapa bisnis pendukung. Ini dilakukan demi mencapai pemerataan ekonomi dan pembangunan yang Indonesia-sentris.

Pemerintah ingin Indonesia memiliki ibukota yang mencerminkan identitas Indonesia, menjadi kota modern, berkelas internasional, atau dengan istilah smart, green, and beautiful city.

Dia menjelaskan, saat ini, Kota Jakarta dianggap sebagai kota pelabuhan untuk perdagangan dan dikembangkan menjadi pusat pemerintahan dari kolonial Belanda, seperti dalam sejarah berasal dari Batavia yang dibangun oleh VOC.

Terlebih lagi, saat ini, kerugian perekonomian dari kemacetan Jakarta terus mendekati Rp 100 triliun per tahun, angka ini meningkat dibanding tahun 2013 sebesar Rp 65 triliun per tahun. Masalah lainnya adalah, banjir yang berasal dari hulu dan penurunan tanah di Pantai Utara dan kenaikan permukaan air laut.

Di mana 50 persen wilayah Jakarta itu kategorinya rawan banjir atau memiliki tingkat di bawah 10 tahunan, idealnya kota besar keamanan banjirnya minimum 50 tahunan. Penurunan permukaan air tanah ini rata-rata 7,5 centi meter (cm) per tahun dan akan terus meningkat.

"Pada tahun 1989 sampai 2007 tercatat tanah turun sudah sampai 60 cm karena akan terus menigkat sampai 120 cm karena pengurasan air tanah. Sedangkan air laut naik rata-rata 4-6 cm karena perubahan iklim. Ditambah lagi kualitas air sungai tidak hanya di Jakarta tapi khusus di jakarta 96 persen sungai di Jakarta tercemar berat, sehingga memiliki bahaya sinifikan akibat sanitasi yang buruk," kata Bambang.

 Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskan, pemindahan ibu kota tidak menghambat pembangunan di Jakarta. Menurutnya, pemindahan ibu kota hanya memberikan dampak pada urusan legislatif dan eksekutif. Di mana, nantinya seluruh kantor pemerintahan akan dipindahkan ke lokasi ibu kota baru.

"Rencana pembangunan besar-besaran di Jakarta tetap jalan terus," tegas Anies.

Sementara untuk urusan perekonomian seperti perdagangan, investasi dan perbankan tetap dipusatkan di Jakarta.

Anies berkomitmen terus menyelesaikan persoalan yang dihadapi Jakarta. Baik masalah lingkungan hidup, ketersediaan air bersih, pengelolaan udara dan limbah.