Senin, 22 April 2019 11:02

Polisi Sri Lanka Keluarkan Peringatan Bom Bunuh Diri 10 Hari Sebelum Serangan

Suriawati
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Getty Images
Getty Images

Sepuluh hari sebelum ledakan mematikan di Sri Lanka, polisi telah diperingatkan tentang kemungkinan rencana bom bunuh diri di 'gereja-gereja terkemuka'.

RAKYATKU.COM - Sepuluh hari sebelum ledakan mematikan di Sri Lanka, polisi telah diperingatkan tentang kemungkinan rencana bom bunuh diri di 'gereja-gereja terkemuka'.

Itu terungkap dalam sebuah dokumen yang dilihat oleh kantor berita AFP. Itu mengungkapkan bahwa kepala polisi Sri Lanka, Pujuth Jayasundara mengeluarkan peringatan intelijen kepada para perwira tinggi.

"Sebuah badan intelijen asing telah melaporkan bahwa NTJ (National Thowheeth Jama'ath) berencana untuk melakukan serangan bunuh diri yang menargetkan gereja-gereja terkemuka serta komisi tinggi India di Kolombo," demikian bunyi peringatan itu, seperti dikutip APF.

NTJ adalah kelompok Muslim radikal di Sri Lanka yang dikaitkan dengan vandalisasi patung Buddha tahun lalu.

Sejauh ini, tiga belas tersangka telah ditangkap. Namun motif serangan masih belum diketahui.

Meskipun ada laporan mengenai peringatan serangan dari NTJ, namun hingga kini belum ada klaim tanggung jawab dari kelompok mana pun.

Serangan yang terjadi kemarin bertepatan dengan peringatan Minggu Paskah, dan dilihat sebagai titik nyala terbaru di tengah ketegangan agama yang sedang berlangsung di negara kepulauan itu. 

Sri Lanka telah lama terbagi antara mayoritas Sinhala, yang kebanyakan beragama Budha, dan minoritas Tamil yang beragama Hindu, Muslim dan Kristen.  

Sebuah kelompok Kristen mengatakan ada 86 kasus diskriminasi, ancaman dan kekerasan terhadap pengikut Yesus tahun lalu, dengan 26 kasus lainnya tahun ini. 

Departemen Luar Negeri AS memperingatkan dalam sebuah laporan tahun 2018 bahwa orang-orang Kristen telah ditekan untuk menutup tempat-tempat ibadah karena dianggap 'pertemuan yang tidak sah'.

Laporan itu juga mengatakan para biksu Buddha secara teratur berusaha menutup tempat-tempat ibadah Kristen dan Muslim.   

Ada juga serangan terhadap Muslim, di mana pemerintah dipaksa untuk menyatakan keadaan darurat di tengah serentetan kerusuhan anti-Muslim. 

Kelompok Buddhis garis keras menuduh Muslim memaksa orang untuk pindah agama dan menghancurkan situs suci Buddha.