Minggu, 21 April 2019 17:55

Kisah Hafiz Alquran Reserse Polda Sulsel, Hafal Ayat Sambil Kejar Penjahat

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Bripka Nasrullah bersama istri dan anaknya saat mengikuti wisuda hafiz di Pondok Pesantren Tahfizhul Qur'an Al Imam Antang, Ahad (21/4/2019).
Bripka Nasrullah bersama istri dan anaknya saat mengikuti wisuda hafiz di Pondok Pesantren Tahfizhul Qur'an Al Imam Antang, Ahad (21/4/2019).

Namanya Nasrullah. Pria 32 tahun ini adalah salah satu anggota Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas di Polda Sulsel.

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Namanya Nasrullah. Pria 32 tahun ini adalah salah satu anggota Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas di Polda Sulsel.

Saat ini, Nasrullah berpangkat Brigadir Polisi Kepala atau Bripka. Namanya tercatat sebagai anggota Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sulsel. Dia juga menjadi salah satu pentolan utama Tim Khusus Polda Sulsel.

Sosok Nasrullah sejatinya tak begitu menonjol. Layaknya reserse lainnya, tugas utama Nasrullah tak pernah lepas dari aksi dan tindak lapangan. Hari-harinya disibukkan dengan para pelaku kriminal. 

Catatan kariernya sebagai seorang reserse cukup cemerlang. Sejak bergabung di Tim Khusus Polda Sulsel, berbagai kasus kriminal berhasil dia ungkap bersama timnya. Mulai dari kasus berkategori ringan hingga yang menjadi atensi pimpinan Polri. Mulai dari kasus begal hingga kasus pembunuhan.

Namun siapa sangka, Nasrullah yang notabene adalah seorang reserse, menyimpan sisi istimewa. Di balik seragam cokelatnya, Bripka Nasrullah ternyata adalah seorang hafiz atau penghafal Alquran.

Tak banyak yang tahu, Nasrullah memiliki kemampuan istimewa itu. Terlebih, Nasrullah berprofesi sebagai seorang anggota polisi, yang identik dengan dunia kejahatan dan kekerasan.

Hal itu terlihat saat Nasrullah mengikuti wisuda hafiz di Pondok Pesantren Tahfizhul Qur'an Al Imam Antang, Ahad (21/4/2019). Sosok Nasrullah yang dikenal sebagai seorang polisi muncul di antara wisudawan yang notabene adalah para santri.

Diketahui, Nasrullah memang pernah menghabiskan masa pendidikannya di salah satu pesantren di Takalar. Sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang anggota polisi.

"Di masa SMP hingga SMA, saya memang menghabiskan pendidikan saya di pesantren," kisah Nasrullah.

Namun, saat itu, Nasrullah mengaku tak begitu banyak menghafal ayat Alquran. Obsesi dan cita-citanya menjadi seorang anggota polisi menjadi salah satu sebab.

"Saat SMA, saya sempat kehilangan hafalan karena fokus mempersiapkan diri mendaftar untuk menjadi polisi," akunya.

Polisi memang sudah menjadi impian Nasrullah sejak kecil. Hingga akhirnya, impiannya itu tercapai seperti saat ini.

"Dan setelah beberapa tahun menjadi polisi, hafalan saya makin lama makin hilang," tuturnya.

Situasi ini pun diakuinya sempat membuatnya gelisah. Dia mengaku gamang dan gusar dengan hal tersebut.

"Saya tidak tahu. Hati dan pikiran saya merasa tidak bisa terima. Saya juga kadang malu melihat diri saya yang kalah dengan anak-anak yang sudah mampu menghafal Alquran," kenangnya. 

Di tengah kegusaran itulah, Ulla, sapaan karibnya, kembali menguatkan diri mendalami ilmu yang dahulu pernah digelutinya. Di tengah aktivitasnya mengejar penjahat, Ulla mampu meneruskan hafalan Alquran, meski dengan harus belajar sendiri.

Semaksimal mungkin, waktunya disisihkan untuk terus belajar dan menghafal ayat demi ayat. "Metodenya ya mengulang setiap beberapa ayat per hari. Minimal 1 halaman 1 hari," ujarnya.

Metode itu telah dilakukan sejak 6 bulan terakhir. Dan alhasil, saat ini, hafalan ayah satu anak ini pun sudah mencapai 10 Juz. Sisa 20 juz lagi untuk menyempurnakan impiannya tersebut.

Ditanya soal tekhnik hafalan, Nasrullah mengaku tidak memiliki teknik khusus. Ia pun hanya belajar secara otodidak dalam satu tahun terakhir.

Pun terkait dengan waktu. Nasrullah mengaku tidak memiliki waktu khusus dalam menghafal Alquran.

"Kadang mengulang hafalan sembari bertugas di lapangan. Nanti kalau ada waktu luang, saya kadang mengisinya dengan menemui ustaz yang bisa membimbing," ucapnya.

Nasrullah mengaku, memiliki target untuk hafal 30 juz. Waktu yang ditargetnya pun tidak main-main, yakni satu tahun ke depan.

"Insyaallah, saya tidak mau kalah dengan adik-adik santri yang sudah khatam 30 juz di usia belasan tahun," tutupnya.