RAKYATKU.COM - Sebuah penelitian terbaru mengklaim bahwa anak lelaki di beberapa negara bagian Amerika Serikat (AS), sudah berhubungan seks sebelum mereka berusia 13 tahun.
Hal ini membuat peneliti menyarankan agar para orang tua di Amerika bisa memulai pembicaraan dan edukasi terhadap seks lebih awal daripada yang mereka pikirkan.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Pediatrics ini menemukan bahwa antara 3,6 - 7,6 persen anak lelaki di seluruh AS telah berhubungan seks pada saat mereka mencapai usia 13 tahun.
Para peneliti menggunakan data dari dua survei nasional untuk mencapai kesimpulan ini, yakni survei Sistem Pengawasan Perilaku Remaja berbasis sekolah, yang memiliki data dari 19.916 siswa lelaki sekolah menengah, dan Survei Nasional Pertumbuhan Keluarga berbasis rumah tangga, yang memiliki ukuran sampel sebesar 7.739 lelaki berusia 15 hingga 24 tahun.
Dalam kedua survei, mereka ditanya apakah pernah melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan sebelum usia mereka 13 tahun.
Studi ini menemukan bahwa proporsi lelaki yang melaporkan berhubungan seks sebelum usia 13 tahun bervariasi secara signifikan di AS. Pada lima persen, angka itu berada di titik terendah di San Francisco, tetapi naik menjadi 25 persen bagi mereka yang tinggal di Memphis, Tennessee.
Penulis penelitian juga melihat bagaimana ras dan etnis memengaruhi apakah peserta telah aktif secara seksual pada usia yang lebih muda dan menemukan bahwa dari yang dianalisis, lelaki kulit hitam kemungkinan besar melakukan hubungan seks sebelum usia 13 tahun. Ini diikuti oleh lelaki Hispanik.
Lelaki kulit putih 79 persen lebih rendah kemungkinannya untuk melakukan hubungan seks sebelum 13 tahun bila dibandingkan dengan lelaki kulit hitam, sedangkan lelaki Hispanik lebih kecil kemungkinannya 73 persen.
Adapun bagaimana perasaan mereka tentang pengalaman seksual yang terjadi sebelum mereka berusia 13 tahun, 55 persen mereka yang terlibat mengatakan mereka benar-benar ingin hal itu terjadi lagi, dikutip dari suara.com.
Sedangkan 37 persen melaporkan memiliki perasaan campur aduk, dan delapan persen lelaki mengatakan mereka tidak ingin itu terjadi.
"Sikap dan nilai remaja lelaki tentang seksualitas dan maskulinitas mereka dipengaruhi oleh konteks sosial komunitas mereka," komentar pemimpin studi Laura Lindberg, seorang peneliti di Guttmacher Institute di New York City.
"Temuan kami mencerminkan bahwa di mana Anda tinggal membuat Anda terpapar pada norma sosial yang berbeda tentang kejantanan," katanya kepada Reuters.
Karenanya, kata Laura, program untuk pengembangan kesehatan kaum muda perlu dirancang secara responsif terhadap tempat di mana komunitas berada.