Minggu, 14 April 2019 11:45

Huntara Sempit, Korban Gempa Palu Salurkan Hasrat Biologis di Hutan

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Hunian sementara korban gempa Palu. (FOTO: ANTARA)
Hunian sementara korban gempa Palu. (FOTO: ANTARA)

Palu dan sekitarnya belum pulih pasca diguncang gempa dahsyat tahun lalu. Para korban masih tinggal di hunian sementara (Huntara). Lalu, bagaimana pasangan suami istri menyalurkan hasrat biologisnya?

RAKYATKU.COM - Palu dan sekitarnya belum pulih pasca diguncang gempa dahsyat tahun lalu. Para korban masih tinggal di hunian sementara (Huntara). Lalu, bagaimana pasangan suami istri menyalurkan hasrat biologisnya?

Salah seorang warga, Hasrudin (40) menceritakan pengalamannya. Bersama istri, Asniar (38), dia tinggal bersama enam orang anaknya. Mereka berdesak-desakan dalam satu bilik berukuran 4x5 meter.

Mereka memang tidak punya pilihan lain. Rumah mereka di pesisir Pantai Desa Lero telah hilang disapu gelombang tsunami yang menerjang pada 28 September 2018. Hasrudin sebelumnya merupakan nelayan. Dia kini banting setir menjadi pedagang ikan keliling.

Tinggal di hunian yang sempit, bagaimana dia memenuhi kebutuhan biologisnya? Sambil tersipu, Hasrudin mengaku memanfaatkan kesempatan saat anaknya berangkat ke sekolah. Pada pagi hari.

"Kalau malam harinya, biasanya menunggu anak-anak telah tertidur pulas. Begitulah sudah, kami hidup di huntara ini semuanya serba terbatas, tinggal pintar-pintarnya saja untuk mengakalinya," ujar Hasruddin kepada wartawan PaluPoso seperti dikutip dari Kumparan.com, Minggu (14/4/2019).

Anhar (42), punya kisah berbeda. Pria yang bekerja sebagai kuli bangunan ini tak sanggup menunggu anaknya tertidur. Apalagi anaknya doyan nonton televisi hingga larut malam.

"Ya gitulah, apa boleh buat, daripada nunggu anak-anak lama ketiduran, terpaksalah cari tempat yang sunyi di tengah hutan," ujarnya sambil tertawa, Sabtu (13/4).