Sabtu, 13 April 2019 06:00

Rasa Pedas Cabai Bisa Hambat Kanker Paru-paru?

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi. (Foto: Thinkstock)
Ilustrasi. (Foto: Thinkstock)

Cabai diketahui punya banyak manfaat untuk kesehatan. Menurut sebuah studi terbaru, cabai bisa menghambat kanker.

RAKYATKU.COM - Cabai diketahui punya banyak manfaat untuk kesehatan. Menurut sebuah studi terbaru, cabai bisa menghambat kanker.

Kapsaisin (capsaicin), kandungan dalam cabai, memang sudah lama diketahui baik bagi kesehatan. Menurut dr Reza Fahlevi dari KlikDokter, kapsaisin adalah zat penghasil rasa pedas, yang bila dikonsumsi menimbulkan sensasi terbakar di mulut.

"Jika Anda mengonsumsi cabai dan mulut terasa panas atau seperti terbakar, otak akan merespons hal itu dengan mengeluarkan hormon adrenalin dan endorfin," ujar dr Reza.

Adrenalin merupakan hormon yang membuat kerja jantung bertambah cepat dan membuat pembuluh darah melebar. Dalam kadar cukup, hormon ini berperan penting dalam merangsang kerja jantung dan pembuluh darah.

"Sedangkan, endorfin merupakan hormon alami tubuh yang dapat memicu rasa senang. Di samping itu, hormon ini juga bermanfaat dalam mencegah nyeri. Inilah mengapa cabai sering dijadikan alternatif untuk mengobati sakit kepala atau pusing," tuturnya.

Ada sebuah studi yang menemukan kapsaisin berhasil menghentikan metastasis kanker paru-paru. Sebagian besar kematian pada kanker terjadi akibat metastasis, alias menyebar ke bagian tubuh lain.

Studi baru ini menunjukkan mungkin ada senyawa nutrisi yang dapat menghambat proses metastasis ini. Dalam studi tersebut, kapsaisin dilaporkan bisa menghentikan metastasis kanker paru-paru pada tikus dan kultur sel manusia. 

Temuan ini dipublikasikan dalam pertemuan tahunan American Society for Investigative Pathology di Orlando, Amerika Serikat.

Para peneliti menguji kapsaisin dalam tiga jalur kultur sel-sel kanker paru-paru non sel kecil manusia. Temuannya, kapsaisin dapat menghentikan tahap pertama metastasis. Ini adalah yang disebut sebagai "invasi".

Jamie Friedman, penulis utama studi ini beserta tim peneliti lainnya kemudian menerapkan diet pada tikus yang menderita kanker paru-paru. Para peneliti meningkatkan kapsaisin dalam diet tikus-tikus tersebut. 

Setelah beberapa lama, ditemukan tikus itu memiliki jumlah sel kanker metastasis yang jauh lebih kecil di paru-parunya dibandingkan dengan tikus yang tidak menerima diet tersebut.

Eksperimen sel lebih lanjut menemukan bahwa kapsaisin menghentikan metastasis pada kanker paru-paru dengan menghalangi aktivasi protein Src, sebuah protein yang merupakan kunci dalam mengatur perkembangbiakan, kelangsungan hidup, dan motilitas sel.

Sumber: KlikDokter