Selasa, 09 April 2019 23:20

Cerita Lengkap Dibalik Tagar Justice for Audrey yang Jadi Trending Topic Dunia

Fathul Khair Akmal
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Cerita Lengkap Dibalik Tagar Justice for Audrey yang Jadi Trending Topic Dunia

Kasus pengeroyokan siswi SMP di Pontianak makin panjang. Penganiayaan yang dilakukan 12 siswi SMA kepada korban yang belakangan bernama Audrey tersebut kini jadi sorotan dunia.

RAKYATKU.COM - Kasus pengeroyokan siswi SMP di Pontianak makin panjang. Penganiayaan yang dilakukan 12 siswi SMA kepada korban yang belakangan bernama Audrey tersebut kini jadi sorotan dunia.

Belakangan, tagar #JusticeForAudrey menjadi trending topic dunia. Hampir semua netizen mengecam perlakuan para pelaku kepada korban.

Kasus penganiayaan Audrey sendiri terjadi pada 29 Maret 2019 silam, saat itu Audrey dijemput oleh satu dari siswi SMA tersebut. AU dijemput di kediaman kakeknya. Oknum siswi SMA ini meminta AU mempertemukan dengan kakak sepupunya, PO. Dengan alasan, ada yang ingin dibicarakan mereka.

Setelah bertemu, PO terlibat baku hantam dengan siswi SMA yang berinisial DE. Tiga teman DE turut melakukan kekerasan terhadap Audrey. Mulai dari pem-bully-an, penjambakan rambut, penyiraman air, hingga membenturkan kepala AU ke aspal. Bahkan menginjak perut AU. “Saat anak saya bangun, mukanya ditendang dengan sendal gunung (oleh EC, red),” kisah ibunda Audrey LK dikutip dari okezone.com.

Setelah terbaring, dalam kondisi tidak berdaya, pelaku lain berinisial TI dan LA, terus melakukan pemukulan. Parahnya, alat vital AU juga menjadi sasaran. "Yang saya tidak terima, ada siswi yang SMA, mau merusak kelamin anak saya,” lirih LK, sambil menangis.

Lanjut dia mengatakan, memang ada tiga siswi yang diduga melakukan kontak fisik dengan AU. Namun, di lokasi kejadian terdapat delapan hingga 12 siswi lain yang ikut menyaksikan penganiayaan itu. Mereka hanya tertawa, tanpa berupaya menolong korban.

"Anak saya depresi, tertekan, traumatik, terus psikisnya sudah terkena,” ucapnya.

Apalagi Audrey yang mengidap penyakit asma ini juga kerap mengigau. Seolah-olah masih dalam penganiayaan, akibat tingkat trauma yang tinggi. Dengan kejadian ini, pihak keluarga tetap melanjutkan permasalahan ini ke jalur hukum. Untuk memberikan efek jera bagi para pelaku.

“Saya maafkan dia. Tapi untuk proses hukum harus berlanjut,” tegas LK.