RAKYATKU.COM - Ketegangan antara Amerika Serikat dan Rusia atas Venezuela kian memanas.
Pada hari Jumat, Gedung Putih memperingatkan Rusia dan negara-negara lain yang mendukung Presiden Venezuela Nicolas Maduro, agar tidak mengirim pasukan dan peralatan militer ke negara yang dilanda krisis itu.
Penasihat keamanan nasional John Bolton mengatakan, AS akan melihat setiap langkah militer sebagai ancaman langsung terhadap keamanan di kawasan Barat.
"Kami sangat memperingatkan para aktor di luar Belahan Barat agar tidak mengerahkan aset militer ke Venezuela, atau di tempat lain di Belahan Bumi, dengan maksud membangun atau memperluas operasi militer," kata Bolton.
“Kami akan mempertimbangkan tindakan provokatif seperti itu sebagai ancaman langsung terhadap perdamaian dan keamanan internasional di kawasan ini. Kami akan terus membela dan melindungi kepentingan Amerika Serikat, dan kepentingan mitra kami di Belahan Barat,” katanya.
Deklarasi Bolton adalah peringatan kedua minggu ini, setelah Moskow mengirim sekitar 100 pasukan militer ke Venezuela pada 23 Maret.
Di lain sisi, juru bicara Rusia mengatakan bahwa pengerahan pasukan merupakan bagian dari perjanjian kerja sama militer dengan Venezuela.
“Pihak Rusia dengan jelas menyatakan tujuan kedatangan spesialisnya ke Caracas. Ini bukan tentang kontingen militer,” kata juru bicara kementerian luar negeri Rusia, Maria Zakharova dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu.
"Dengan demikian, spekulasi tentang pelaksanaan 'operasi militer' tertentu oleh Rusia di Venezuela sama sekali tidak berdasar."
Tapi pejabat AS tidak bisa percaya begitu saja.
Penjabat Sekretaris Pertahanan Patrick Shanahan mengatakan kepada wartawan pada hari Rabu bahwa "Saya tidak yakin saya selalu percaya apa yang mereka katakan."
Presiden AS Donald Trump juga telah memperingatkan Rusia atas keterlibatan militer di negara itu. Dia mengatakan bahwa Moskow "harus keluar," dan bahwa semua opsi ada di meja untuk menghadapi situasi di negara Amerika Selatan tersebut.