RAKYATKU.COM - Difteri dan flu biasa memang memiliki gejala awal yang serupa. Hal ini yang membuat difteri masih menjadi penyakit mematikan yang sering hadir tanpa diketahui oleh penderitanya.
Penderita baru sadar bahwa dirinya mengalami difteri saat penyakit sudah memasuki tahap lebih lanjut.
Difteri atau diptheria sendiri merupakan penyakit menular yang menyerang tenggorokan dan hidung. Penyakit tersebut disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae, yang dapat menular melalui droplet atau partikel kecil air liur yang keluar dari mulut penderita ketika batuk, bersin ataupun bicara.
Selain itu, penggunaan alat makan bergantian dengan penderita difteri juga dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit tersebut.
Difteri mesti diwaspadai oleh siapa saja, karena dapat menyebabkan kematian. Hal ini karena penyakit tersebut menimbulkan sejumlah komplikasi, berikut diantaranya yang dikuti dari Klik Dokter:
1. Masalah pernapasan
Sel-sel yang mati akibat racun yang diproduksi bakeri difteri akan membentuk jaringan berwarna abu-abu. Jaringan itu dapat menyebabkan sesak dan menghambat pernapasan.
2. Kerusakan jantung
Racun difteri juga berpotensi masuk ke jantung dan menyebabkan berbagai masalah, seperti detak jantung yang tidak teratur, gagal jantung, dan kematian mendadak.
3. Kerusakan saraf
Racun penyebab difteri dapat menyebabkan penderita sulit menelan, mengalami masalah saluran kencing, kelumpuhan pada diafragma, serta pembengkakan saraf tangan dan kaki.
4. Gagal ginjal
Pada kasus difteri hipertoksik, penderita sangat mungkin untuk mengalami perdarahan parah dan gagal ginjal.
Meskipun memiliki gejala awal yang serupa dengan flu pada umumnya. Akan tetapi, difteri sebenarnya memiliki gejala khas yang tidak terjadi pada kasus flu biasa. Beberapa gejala khas tersebut, di antaranya penderita mengalami nyeri tenggorokan hebat dan tidak mampu menelan makanan, pembengkakan leher, kesulitan bernapas, nyeri dada,
rasa lemas atau baal yang ekstrem, demam, khususnya jika terjadi pada orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan.
Gejala-gejala tersebut biasanya muncul setelah berkontak dengan orang yang menderita difteri. Selain itu, difteri dapat juga bermanifestasi pada mukosa, menyebabkan lesi kemerahan yang nyeri. Lesi itu akan berubah menjadi ulkus alias luka seperti borok yang ditutupi membran berwarna abu-abu kecokelatan pada tenggorokan maupun amandel. Jika diangkat, perdarahan sangat mungkin terjadi.
Lebih lanjut, gejala klinis yang telah disebutkan mungkin dapat menyerupai flu. Akan tetapi, jika diperhatikan dengan saksama, gejala difteri biasanya jauh lebih parah. Gejala yang paling membedakan difteri dengan penyakit flu atau gangguan saluran napas lainnya adalah munculnya selaput pseudomembran berwarna putih keabuan yang melapisi tenggorokan atau amandel. Jika mendapati kondisi ini, Anda harus segera berobat ke dokter sebelum semuanya terlambat.