Kamis, 21 Maret 2019 14:47

Survei PolMark Terkonfirmasi di Litbang Kompas, Eep Bilang Begini

Mulyadi Abdillah
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Founder dan CEO PolMark Indonesia Eep Saefulloh.
Founder dan CEO PolMark Indonesia Eep Saefulloh.

Hasil survei teranyar PolMark Indonesia yang menemukan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf jatuh di bawah 50 persen, turut terkonfirmasi di survei Litbang Kompas. 

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Hasil survei teranyar PolMark Indonesia yang menemukan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf jatuh di bawah 50 persen, turut terkonfirmasi di survei Litbang Kompas. 

Meski masih unggul atas pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno, pasangan Jokowi-Maruf belum berada di posisi aman atau dianggap menang mutlak.

"Saya sendiri tidak pernah merisaukan hasil survei sama dan hasil survei beda. Menurut pengalaman kami di Pilkada Jakarta 2017, kami tidak keberatan beda. Ketika pada akhirnya, survei kami yang paling mendekati. Jadi berbeda sendirian, lebih baik daripada bareng-bareng dengan tingkat kemelesetan lebih jauh," jelas Founder dan CEO PolMark Indonesia Eep Saefulloh di Kota Makassar, pada Kamis (21/3/2019).

Dalam survei PolMark, elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf sebesar 40,4 persen sedangkan Prabowo-Sandiaga mendapatkan 25,8 persen. Responden yang belum menentukan pilihan atau undecided voter sebanyak 33,8 persen.

Sementara di survei Litbang Kompas, elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf merosot ke angka 49,2 persen sedangkan Prabowo-Sandi sebesar 37,4 persen. Responden yang belum menentukan pilihan sebanyak 13,4 persen. 

"Saya tidak tahu mana yang akan meleset. Apakah Polmark mendekati kenyataan atau lembaga survei lain, saya tidak tahu. Cara pembuktiannya, kita tunggu 27 hari lagi. Saat itulah kita buktikan," tegas Eep.

Eep turut menjelaskan analisanya tentang survei teranyar Litbang Kompas itu.

"Di survei Kompas itu ada ekstrapolasi elektabilitas. Itu bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satunya dengan cara menghilangkan undecided voters," jelas Eep. 

"Jadi di halaman satu Kompas kemarin, ada elektabilitas disamping esktrapolasi. Artinya, kalau Pilpres dilakukan saat survei dilakukan, maka angkanya segitu. Jadi bukan 17 April itu. Tapi pada saat survei diadakan, diekstrapolasikan dengan undecided voters dihilangkan. Makanya hasilnya begitu," demikian Eep.