RAKYATKU.COM, SELANDIA BARU - Polisi Selandia Baru akhirnya merilis kronologi penangkapan Brenton Tarrant, penembak brutal yang menghabisi nyawa 50 jemaah salat Jumat di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood, Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019) lalu.
Tarrant diduga melarikan diri dari masjid Linwood dengan mobil Station Wagon putihnya, dan dikejar oleh petugas kepolisian Selandia Baru.
Saat terjepit, polisi kemudian menabraknya, membuat mobil Station Wagon itu menepi. Satu bannya terangkat.
Dua petugas kemudian turun dengan mengacungkan senjata. Seorang petugas membuka pintu ketika Tarrant berteriak, "Aku punya bom," lalu menembak.
"Kedua orang ini menarik orang ini tetapi pada saat yang sama dia berteriak,'Aku punya bom,' dan menembak pada saat yang sama. Jadi kami terlalu sering menggunakan kata pahlawan, tetapi tidak dalam kasus ini," ujar Menteri Kepolisian Stuart Nash.
Rekaman film yang dibuat oleh pengendara yang lewat menunjukkan, Tarrant diturunkan setelah petugas menabraknya dari jalan.
Stasiun Wagon putihnya terjepit di antara selokan dan mobil polisi lain, dengan roda depannya berputar di udara.
Polisi mengatakan kepada wartawan, bahwa mereka menduga pria bersenjata itu sedang dalam perjalanan ke serangan lain ketika petugas menghentikannya.
Nash tidak mau mengatakan apakah para perwira itu akan menerima penghargaan karena kepahlawanan mereka, tetapi mengakui, tidak terlalu banyak tindakan keberanian yang lebih tinggi dari itu.
Para petugas tersebut langsung bertindak setelah menghadiri sesi pelatihan tentang cara menangani para penjahat bersenjata, hal itu sebelumnya terungkap.
Seluruh insiden, mulai dari saat pria bersenjata itu menembak hingga dia ditahan, berlangsung sekitar 40 menit.
"Sementara kami memiliki pelaku yang ditahan di Justice Justice dalam waktu 36 menit, sebenarnya hanya butuh 21 menit dari panggilan 111 pertama agar pelaku ditangkap di pinggir jalan oleh dua petugas," kata Komisaris Mike Bush.