RAKYATKU.COM,MAKASSAR - Ayah Aldama Putra Pongkala, Pelda Daniel Pongkala tak bisa membayangkan perlakuan terhadap anaknya. Penganiayaan itu terlalu sadis.
"Ini Rusdi (pelaku penganiayaan) sangat biadab sekali. Sudah melihat anak saya dalam keadaan lemas, kenapa kamu pukul terus. Cukup satu kali kalau memang dia sudah kesakitan," tutur Daniel.
Rekonstruksi atau reka ulang menunjukkan taurna tingkat satu itu meninggal di klinik Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar. Tepatnya di kamar 6.
Dia mengalami penganiayaan berlebihan dari seniornya, Rusdi hanya gara-gara tidak mengenakan helm saat diantar ke kampus oleh ayahnya.
Pelda Daniel Pongkala menyaksikan sendiri ketika anak semata wayangnya tersebut meninggal di dalam kamar lalu diangkat ke atas mobil.
"Di dalam kamar 6, orang klinik di ATKP Makassar cek anak saya. Ternyata anak saya sudah tidak bernapas atau meninggal. Setelah itu diangkat ke mobil dan dibawa ke rumah sakit," ujar Pelda Daniel Pongkala kepada Rakyatku.com.
Saat itu jalanan sangat macet. Butuh waktu lama menuju Rumah Sakit Sayang Rakyat. Taruna dan pengasuh yang membawa jenazah Aldama terpaksa menurunkan almarhum dari mobil di jalan.
"Karena jalanan macet, Aldama terpaksa dibawa pakai motor tetapi untuk apa dibawa lagi ke rumah sakit na sudah meninggal di kamar tadi. Sudah tidak bernapas di ruang 6 itu," tuturnya.
Saat diperiksa dalam kamar di kampus ATKP Makassar, lidah Aldama sudah turun dan denyut nadi sudah berhenti. "Lidahnya sudah lari turun, kata saksi mata yang melihat," bebernya.
Selain itu, Pelda Daniel Pongkala sangat menyayangkan atas perilaku yang dilakukan oleh Muhammad Rusdi. Dalam rekonstruksi tersebut terlihat Aldama sudah kencing celana, namun masih juga dipukul oleh tersangka.