RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Ayah Aldama, Pelda Daniel Pongkala mengikuti proses rekonstruksi dari awal hingga akhir yang dilakukan oleh penyidik Polrestabes Makassar, di kampus ATKP Makassar, Rabu (18/3/2019).
Dalam proses rekonstruksi tersebut, Pelda Daniel Pongkala juga ikut menyaksikan ketika detik-detik menjelang Aldama Putra Pongkala, putra semata wayangnya meninggal dunia di tangan Muhammad Rusdi, di dalam kamar bravo 8.
Pelda Daniel Pongkala mengatakan, dalam rekonstruksi tersebut Aldama dipanggil Muhammad Rusdi menghadap di kamarnya setelah apel. Baju Aldama saat itu sudah basah kuyup.
"Sepertinya Aldama sebelum menghadap Muhammad Rusdi, almarhum sudah dihukum oleh senior-seniornya. Tapi kita tidak tahu hukuman seperti apa, apakah hukuman kekerasan atau cuma fisik, karena bajunya basah bukan karena air tapi karena keringat," ujar Pelda Daniel kepada Rakyatku.Com, Selasa (19/3/2019).
Setelah di dalam kamar bravo 8, Muhammad Rusdi sudah menunggu dengan posisi yang seperti sudah siap menerkam mangsanya. Tersangka kemudian menyuruh Aldama untuk melakukan sikap "taubat".
" Sebelum memukul ulu hati almarhum, pelaku menghukum Aldama dengan sikap taubat dan menaruh tutup botol di jidat Aldama selama sekian menit, " katanya.
Setelah itu, Aldama kemudian bangkit. Saat itu Aldama sudah sangat lelah dan capek karena telah menjalani hukuman di tempat lain. Muhammad Rusdi kemudian mulai memberikan pukulan dengan keras tepat dibagian ulu hatinya.
"Pelaku kemudian memukul almarhum sebanyak lima kali dengan sangat keras tepat pada ulu hatinya. Dari situ setelah dipukul anak saya langsung teriak dan jongkok kesakitan. Setelah itu anak saya langsung tersungkur atau pingsan," bebernya.
Saat pingsan, lanjutnya, Rusdi memanggil teman angkatan Aldama untuk ambil air untuk diberikan minum kepada Aldama. "Anak saya dipaksa duduk dan dikasih minum air. Tapi anak saya tidak bisa minum air karena dalam keadaan lemas atau pingsan, saat itu dibaringkan lagi, " ucapnya.
Dalam keadaan panik, Muhammad Rusdi memanggil teman Aldama untuk memberikan informasi kepada pengasuh atau pembina di ATKP Makassar, bahwa Aldama jatuh di dalam kamar mandi.
"Letting Aldama itu ditanya bahwa kasih tau pembina kalau ada pembina atau pengasuh, katakan bahwa ini Aldama jatuh di kamar mandi karena merasa yunior maka letting Aldama ini bilang siap," katanya.
Setelah itu dipindahkan dari kamar 8 ke kamar 6. Di kamar 6 almarhum lama tidak cepat ditangani. "Ini pengasuh dan pembina juga sangat lama ambil tindakan, mereka ngapain saat itu kenapa tidak langsung ditangani," katanya.
"Jadi saya sesalkan di sana karena penanganan medis juga sangat lama, di kamar 6 itu dia sangat lama diberikan medis oleh klinik di ATKP Makassar," tutupnya.