RAKYATKU.COM - Sejumlah warga Selandia Baru menyerahkan senjata mereka ke kepolisian, pasca pemerintah memperketat aturan kepemilikan senjata api setelah teror penembakan di dua masjid di Christchurch, yang menewaskan 50 orang pekan lalu.
Seorang petani dari Masterton, John Hart, adalah salah satu warga yang ikut serta dalam gerakan tersebut. Ia menyerahkan senapan semi-otomatisnya kepada kepolisian, Selasa (19/3/2019).
"Di ladang, senjata ini sangat berguna untuk beberapa hal, tapi hal itu tidak menepikan risiko penyalahgunaan. Kami tidak butuh senjata ini di negara ini," kata Hart melalui akun Twitter pribadinya.
Tak hanya Hart, sejumlah warga lain juga dengan penuh kesadaran diri menyerahkan senjata mereka ke kepolisian, termasuk seorang pria yang menyebut dirinya Blackstone di Twitter.
"Ini adalah salah satu keputusan termudah yang pernah saya buat. Sudah punya senjata selama 31 tahun. Saat saya menyadarinya, saya hanya bisa dengan kesadaran penuh menyerahkannya ke kepolisian untuk dihancurkan," tulisnya.
Begitu banyak warga yang menyerahkan senjata, kepolisian sampai-sampai mengimbau warga agar memberi kabar terlebih dulu sebelum datang karena mereka juga harus mempersiapkan keamanan.
"Karena peningkatan keamanan dan situasi belakangan ini, kami mengimbau warga agar menelepon terlebih dulu sebelum menyerahkan senjata," begitu pernyataan kepolisian Selandia Baru.
Gerakan di Selandia Baru ini menuai cibiran dari sejumlah warganet, terutama yang tinggal di Amerika Serikat, di mana gagasan untuk merevisi aturan kepemilikan senjata ditentang luas.
"Apa maksudnya menyerahkan senjata pribadi kalian? Apakah kalian sadar apa yang terjadi pada masyarakat yang menyerahkan hak memiliki senjata?" tulis seorang warganet, Kaden Heaney dikutip dari CNNIndonesia.com.
Melanjutkan pernyataannya, Heaney menulis, "Orang jahat akan mengambil pistol, pisau, bom, atau apa pun yang mereka mau untuk membunuh tak peduli apa yang terjadi pada orang baik. Siapa yang akan melindungi kalian?"
Sementara perdebatan ini bergulir di jagad maya, Perdana Menteri Jacinda Ardern tetap menekankan bahwa jajaran pemerintahannya akan memperketat aturan kepemilikan senjata.
"Sebagai kabinet, kami jelas bersatu dan sangat jelas, serangan teror di Christchurch pada Jumat lalu adalah aksi terorisme terburuk di tanah kami," ucap Ardern.
"Faktanya, ini juga salah satu yang terburuk secara global belakangan ini. Ini menunjukkan serangkaian kekurangan dalam aturan senjata di Selandia Baru."
Perdebatan mengenai aturan ini mencuat setelah pelaku penembakan di Christchurch, Brenton Tarrant, dilaporkan menggunakan senjata semi-otomatis saat melepaskan tembakan membabi buta di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood pekan lalu.