Minggu, 17 Maret 2019 08:00

Kisah Budak Seks ISIS; Dipaksa Layani Nafsu dengan Kekerasan 

Eka Nugraha
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Kisah Budak Seks ISIS; Dipaksa Layani Nafsu dengan Kekerasan 

Adiba adalah perempuan dari perkampungan kecil bernama Yazidi di Sinjar, Irak Utara. Dia disekap oleh militan ISIS setelah suaminya dibunuh sejak 2014 silam. 

RAKYATKU.COM --- Adiba adalah perempuan dari perkampungan kecil bernama Yazidi di Sinjar, Irak Utara. Dia disekap oleh militan ISIS setelah suaminya dibunuh sejak 2014 silam. 

Ibu dari dua anak ini menjadi budak seks sejak milisi ISIS menyerang desa itu. Suaminya tewas dalam perang bersama dengan laki-laki lain di kampung kecil itu. Dia dan ratusan perempuan lain lalu dipaksa menjadi budak seks.

Adiba seperti yang dilansir BBC News menyebutkan jika lelaki yang memperbudaknya adalah seorang pria asal Maroko. Hampir setiap hari dia mengalami kekerasan fisik dan seksual. Dalam kurun empat tahun itu, dia melahirkan seorang anak lelaki yang kini berusia dua tahun. 

"Saya dipaksa menikah dengannya. Ketika kami berdua, perlakuannya sangat buruk. Ia orang yang pemarah. Tapi di depan orang-orang, ia memperlakukan saya dengan baik," kata Adiba.

Lelaki yang menyekapnya itu lalu tewas dalam perang. Meski demikian, deritanya tidak sampai di situ. Dia kemudian diserahkan kepada laki-laki lain yang juga berasal dari Maroko.

Laki-laki kedua yang menyekap Adiba menyerahkan diri ke Tentara Demokratik Suriah (SDF) pekan lalu. Dia membantah ia memaksa Adiba menjadi budak seks.

Yazidi adalah perkampungan kecil yang berada di Baghouz. Daerah ini adalah benteng terakhir pertahanan ISIS di Irak. Sejumlah warga mulai dipindahkan dari Baghouz dalam beberapa waktu terakhir, termasuk petempur-petempur asing yang masuk ke Irak dan Suriah untuk menjadi pemukim di bawah kekuasaan ISIS. Mereka ditempatkan di kamp al-Hol, kamp milik SDF di Suriah timur laut.

Kamp ini dibangun untuk menampung sekitar 20.000 orang namun PBB mengatakan kondisinya memburuk dan ditempati oleh lebih dari 66.000 orang.

Para pemimpin penting kelompok ini tidak diketahui keberadaannya dan banyak petempur yang ditangkap oleh SDF dan pasukan koalisi. Mereka dipisahkan dari keluarga, duduk dalam antrean panjang dan tak diperbolehkan berbicara kepada wartawan.

Mereka diinterogasi oleh pasukan khusus Amerika Serikat dan tentara SDF sebelum dikirim ke pusat-pusat penahanan di kawasan yang dikuasai Kurdi.