Selasa, 12 Maret 2019 10:36

Presiden Filipina Minta Wanita Tak Dekati Pendeta: Tuhan Memberinya Penis

Andi Chaerul Fadli
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte (AP Photo / Aaron Favila)
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte (AP Photo / Aaron Favila)

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte kerap berakhir menjadi sorotan media atas pernyataan kontroversialnya mengenai wanita, pemerkosaan, pendeta Katolik, pengguna narkoba, dan produsen. 

RAKYATKU.COM - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte kerap berakhir menjadi sorotan media atas pernyataan kontroversialnya mengenai wanita, pemerkosaan, pendeta Katolik, pengguna narkoba, dan produsen. 

Dalam salah satu sambutannya yang terakhir, ia menuduh bahwa pemerkosaan akan terus ada sebagai kejahatan selama wanita cantik ada di Bumi.

Duterte menasehati wanita agar tidak mendekati pendeta dalam peringatan gereja bahwa mereka tidak dapat menolak panggilan sifat dasar manusia selama pidatonya pada 8 Maret lalu. 

Duterte menuduh bahwa begitu seorang pendeta mencium aroma tubuh wanita dan memojokkannya di gereja, ia pasti akan 'mengadili' wanita itu karena ia seorang pria.

"Tuhan memberinya penis. Apa yang akan mereka lakukan dengan itu? Apakah mereka akan menamparnya di pintu setiap pagi?" kata Duterte, dikutip dari Sputniknews, Selasa (12/3/2019).

Duterte juga menyebut semua imam bodoh dengan memperhatikan bahwa seorang pria yang cerdas tidak akan pernah memasuki imamat karena dengan begitu ia akan dipaksa untuk terus memandangi semua wanita cantik yang tidak bisa disambut.

Partai Perempuan Filipina, Gabriela yang berhaluan kiri telah mengecam pernyataannya dengan bertanya-tanya, "mengapa perempuan akan menerima nasihat dari seorang perempuan yang mengaku diri sendiri dan seorang misoginis serial?"

"Presiden macho-fasis akan menjadi orang terakhir yang bisa memberikan nasihat yang layak tentang bagaimana wanita bisa menjauh dari atau melawan pelecehan," kata pernyataan partai itu.

Ini bukan pertama kalinya presiden Filipina pergi setelah Gereja Katolik menuduh para pastornya memperkosa biarawati dan menganiaya anak laki-laki muda, menamai pendeta itu anak-anak lelaki. Dia juga menyarankan bahwa gereja, yang dia sebut lembaga paling munafik, mungkin punah hanya dalam 25 tahun karena masalah seperti itu.