RAKYATKU.COM --- Di Antartika, ada sebuah gunung es yang unik. Warnanya bukan putih. Melainkan hijau seperti bongkahan batu giok.
Seperti dilansir Dream.id, nelayan masa 1900-an menyebut gunung es hijau tersebut seperti batu giok yang mengambang. Misteri ini membuat bingung sejumlah ilmuwan selama beberapa dekade. Tetapi, baru-baru ini, ilmuwan menemukan penjelasan yang paling masuk akan mengenai fenomena ini.
Dalam kajian yang diunggah di jurnal ilmiah Journal of Geophysical Research: Oceans, para ahli gunung es menyebut perubahan warna tersebut karena kandungan zat oksida besi yang dibawa dari daratan Antartika.
Dikutip dari laman Science Alert, andai asumsi itu benar, artinya gunung es hijau merupakan `pelayan` bagi nutrisi penting kehidupan laut.
" Ini seperti membawa paket ke kantor pos. Gunung es dapat mengirimkan zat besi ini ke laut jauh, dan kemudian meleleh dan mengirimkannya ke fitoplankton yang dapat menggunakannya sebagai nutrisi," kata penulis utama makalah itu, Stephen Warren, dari Universitas Washington.
" Kami selalu berpikir gunung es hijau hanya keingintahuan yang eksotis, namun sekarang kami pikir mereka mungkin benar-benar penting," ucap dia.
Warren mulai mempelajari fenomena ini pada 1988. Awalnya, dia tidak terlalu terkesan oleh warna lempengan-lempengan es ini, dan lebih karena kepadatannya.
Tidak seperti gunung es normal, yang dibangun dari salju yang dikemas, gunung hijau ini tampaknya tidak memiliki kantong udara apa pun.
" Es ini tidak memiliki gelembung," kata Warren. " Jelas bahwa itu bukan es gletser biasa."
Warren lantas menganalisis sampel gunung es yang dia ambil pada 1980-an. Warren dan rekan-rekannya dengan cepat menyadari bahwa struktur beku ini tidak memecah gletser seperti kebanyakan gunung es.
Pemikiran pertama mereka yaitu bahwa warna hijau itu berasal dari tumbuhan dan hewan laut yang telah lama mati dan mengambang di air. Bahan organik ini akan berwarna kuning, dan jika entah bagaimana terperangkap dalam es biru, itu mungkin bisa mengubah menjadi hijau.
Tetapi ketika para peneliti mengukur bahan organik, mereka menemukan sedikit perbedaan antara es hijau dan es biru. Tetapi muncul kecurigaan terhadap bahan yang lain.
Pertanyaan itu mengganggu Warren selama beberapa dekade. Beberapa tahun yang lalu, dia akhirnya mendapat petunjuk besar.
Pada 2016, sebuah tim ahli kelautan yang dipimpin oleh Laura Herraiz-Borreguero dari University of Copenhagen menguji inti es yang diambil dari Rak Es Amery pada 1968. Di bagian paling bawah, mereka menemukan es laut dengan besi hampir 500 kali lebih banyak dari pada es gletser.
Zat besi oksida cenderung memiliki warna yang berkarat, dan bahan itu ditemukan di bebatuan dari daratan Antartika. Gletser yang mengalir kerap menggiling bebatuan menjadi bubuk halus yang kemudian bisa masuk ke laut.
Warren dan rekannya sekarang berpikir bahwa debu besi oksida ini terperangkap di bawah lapisan es dan dimasukkan ke dalam es laut. Mereka berhipotesis inilah yang menyebabkan warna gunung es yang menakjubkan, dan mengusulkan serangkaian tes pada inti pendek gunung es untuk mengonfirmasi atau membantah asumsi mereka.
Zat besi merupakan nutrisi utama bagi hewan yang membentuk dasar jaring makanan laut, seperti fitoplankton dan tanaman mikroskopis.