RAKYATKU.COM - Dua universitas paling bergengsi di Australia sedang mempertimbangkan untuk membuka kampus baru di Indonesia, menyusul penandatanganan perjanjian perdagangan bebas hari ini.
Perjanjian Indonesia-Australia akhirnya ditandatangani setelah sembilan tahun sejak negosiasi dimulai.
Kesepakatan itu (yang masih harus diratifikasi oleh parlemen kedua negara) akan mencakup perdagangan barang dan jasa, elektronik, aturan investasi, serta menghilangkan 99 persen tarif Australia dan 94 persen tarif Indonesia dari waktu ke waktu.
Dalam jangka pendek, ini akan memberikan dorongan kepada petani Australia untuk memungkinkan mereka menjual lebih banyak daging sapi, ternak hidup, pakan ternak, kentang, dan produk lainnya ke Indonesia.
Sementara itu, jumlah orang Indonesia yang dapat mengambil liburan kerja di Australia akan meningkat menjadi 6.000 orang setiap tahun. Para eksportir minyak, furnitur, ban dan alas kaki Indonesia juga akan mendapat manfaat begitu kesepakatan disahkan.
Dalam hal pendidikan, perjanjian ini akan memungkinkan universitas-universitas Australia untuk mempertahankan kepemilikan mayoritas hingga 67 persen di kampus Indonesia. Itu naik dari batas saat ini sebesar 40 persen.
Karena peluang itu, wakil rektor Universitas Monash, Margaret Gardner mengatakan kepada Sydney Morning Herald bahwa mereka sedang mempertimbangkan membuka kampus baru di Indonesia.
"Monash telah terlibat dari waktu ke waktu di Indonesia dan ini telah memberi kami fondasi yang baik," katanya, seraya menambahkan bahwa Monash telah memiliki kampus di Malaysia, China dan India.
"Dari perjanjian perdagangan bebas baru ini . . . saya akan sangat terkejut jika tidak ada universitas yang secara aktif mempertimbangkan kemungkinan membuka kampus sekarang. Tentu saja Monash mempertimbangkan itu," katanya.
"Untuk mencoba dan membangun hubungan yang lebih kuat, hubungan penelitian, hubungan pendidikan, dengan penduduk Indonesia yang mencari pendidikan, saya pikir itu penting."
Demikian pula dengan Universitas Western Australia. Wakil rektor Dawn Freshwater mengatakan ada dorongan untuk membangun hubungan pendidikan yang lebih besar dengan Indonesia.
"Kita semua sepakat bahwa hubungan dengan Indonesia masih sangat kurang berkembang. Perjanjian ini merupakan sinyal yang sangat penting bagi pengembangan kemitraan ekonomi," katanya.
"Apa yang kami lihat adalah hubungan bilateral dengan penyedia pendidikan di dalam negeri dan itu mungkin berarti kampus satelit," katanya.