Rabu, 20 Februari 2019 15:12

Mantan Pengawal Najib yang Dibayar untuk Bunuh Model Mongolia, Akan Dideportasi ke Malaysia

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Sirul Azhar Umar (kiri), membunuh Altantuya Shaariibuu (kanan) pada 2006 lalu, setelah menembak kepalanya beberapa kali, lalu meledakkannya dengan bahan peledak.
Sirul Azhar Umar (kiri), membunuh Altantuya Shaariibuu (kanan) pada 2006 lalu, setelah menembak kepalanya beberapa kali, lalu meledakkannya dengan bahan peledak.

Sirul Azhar Umar tertunduk lesu. Dia membayangkan tiang gantungan, atau hujan peluru dari barisan eksekutor saat dideportasi ke Malaysia.

RAKYATKU.COM, MALAYSIA - Sirul Azhar Umar tertunduk lesu. Dia membayangkan tiang gantungan, atau hujan peluru dari barisan eksekutor saat dideportasi ke Malaysia.

Mantan pengawal eks PM Malaysia, Najib Tun Razak tersebut, telah melarikan diri ke Australia, usai divonis hukuman mati, setelah membunuh model Mongolia, Altantuya Shaariibuu pada 2014 lalu.

Umar dinyatakan bersalah atas pembunuhan model Altantuya Shaariibuu pada 2015. Dia tinggal di Pusat Penahanan Villawood di Sydney, Australia.

Umar mengklaim, dia membunuh model cantik itu, atas perintah salah satu pejabat berpengaruh di Malaysia kala itu.

Ada spekulasi, Shaariibuu dibunuh untuk menutupi dugaan suap alutsista di negara itu, saat Najib Razak masih menjabat Menteri Pertahanan Malaysia.

Namun, deportasi Umar, diperkirakan akan ditunda sampai Malaysia menghapuskan hukuman mati.  

Altantuya Shaariibuu bersama putranya.

Umar dan sesama pengawal, Azilah Hadri, dinyatakan bersalah atas pembunuhan model dan penerjemah Altantuya Shaariibuu pada tahun 2006. 

Shaariibuu ditembak kepalanya beberapa kali di hutan di luar Kuala Lumpur, sebelum jenazahnya diledakkan dengan bahan peledak. 

Wanita 28 tahun itu, telah bekerja sebagai penerjemah untuk menegosiasikan kesepakatan USD1 miliar untuk membeli kapal selam Prancis, menurut ABC News. 

Pada saat kematiannya, Shaariibuu juga dilaporkan berselingkuh dengan rekan dekat Razak, Abdul Baginda Razak.  

Motif untuk pembunuhan itu tidak pernah terungkap, tetapi Umar bersikeras, dia diperintahkan untuk membunuh wanita itu oleh pejabat Malaysia.  

Ada juga spekulasi wanita itu dibunuh untuk mencegahnya berbicara tentang dugaan suap selama kesepakatan kapal selam.  

Sebuah sumber yang dekat dengan Umar mengatakan kepada Dailymail, mantan pengawal itu meminta suaka politik melalui Pengadilan Banding Administratif di Sydney. 

Pengadilan membantah permohonannya pada hari Senin, mengatakan pembunuhan itu tidak politis.